19 September 2023, 19:11 WIB

Gus Yahya Akui Banyak Mengaku Warga NU untuk Raih Jabatan


Yakub Pryatama Wijayaatmaja |

KETUA Umum PBNU Yahya Cholil Staquf atau Gus Yahya mengemukakan banyak yang mengaku sebagai bagian dari NU hanya demi kepentingan jabatan. Pasalnya, saat ini NU semakin berkembang dan anggotanya semakin banyak.

Gus Yahya menerangkan saking besarnya NU, kini banyak yang mengaku sebagai warga NU. Ini khususnya guna meraih jabatan mulai dari anggota DPR hingga wakil presiden.

"Ini menurut saya krusial. Kenapa? Ini karena NU sudah berkembang begitu besar sehingga menjadi sumber leverage yang luar biasa. Yang saya bilang, sekarang ini orang yang mengaku NU saja bisa jadi anggota DPR, bisa jadi bupati, bisa jadi calon paling enggak wakil presiden, hanya dengan mengaku NU begitu," ungkap Gus Yahya saat bedah buku berjudul Perjuangan Besar Nahdlatul Ulama di Asrama Haji, Pondok Gede, Jakarta, Selasa (19/9/2023).

Baca juga: Gus Yahya Ingatkan Jajaran Junjung Tinggi Rais 'Aam PBNU

Karena itu, Gus Yahya menekankan pentingnya kembali menjernihkan visi misi NU ke depan. Gus Yahya menegaskan pihaknya tak ingin ada pihak yang mengambil keuntungan dengan membawa embel-embel NU.

"Jangan sampai orang ber-NU mengambil untung dari leverage-leverage ini. Jadi harus dikembalikan. Ini soal bagaimana membangun, memelihara, dan mengembangkan peradaban ikhlas yang sudah diwariskan kepada kita," tegas Gus Yahya.

Baca juga: Tujuan Pendirian Nahdlatul Ulama serta Visi Misinya

Adapun sebelumnya Rais 'Aam PBNU Miftachul Akhyar menyebut ada tokoh NU yang lupa bahwa NU tidak boleh turut serta berpolitik. "Sepertinya ini ada yang lupa kalau Nahdlatul Ulama menjaga jarak, ya ibaratnya kura-kura di dalam perahu, pura-pura tidak tahu," ungkap Miftachul dalam acara pembukaan Musyawarah Nasional (Munas) Alim Ulama dan Konferensi Besar (Konbes) NU di Pondok Pesantren Al Hamid, Senin (18/9/2023).

Miftachul mengenukakan anggota yang memanfaatkan identitas NU untuk kepentingan politik praktis dan lupa pulang ke NU kecuali jika ada masalah. "Kita sudah tahu, bahkan pernah diputuskan dalam muktamar di Solo, muktamar ke-31 kalau tidak salah, bahwa bagaimana Nahdlatul Ulama menjaga jarak dengan partai politik, semua partai politik," terang Miftachul. (Z-2)

BERITA TERKAIT