02 June 2023, 20:16 WIB

Praktisi Pendidikan: Jokowi Cawe Cawe Bukti Gagalnya Program SDM Unggul


Syarief Oebaidillah |

PEMERHATI dan praktisi pendidikan Indra Charismiadji turut menanggapi pernyataan Presiden Joko Widodo terkait cawe-cawe untuk urusan Pemilihan Umum 2024.

Menurutnya, Presiden sangat khawatir akan keberlangsungan pembangunan dan kesempatan Indonesia menjadi negara maju 13 tahun dari sekarang.

Dalam pernyataan tertulisnya kepada Media Indonesia, Jumat (2/6), Indra menyampaikan bahwa kekhawatiran tersebut bukan yang pertama kali diucapkan secara publik walau gesturnya sudah lama nampak.

Pada saat acara puncak Musra (Musyawarah Rakyat) Relawan Jokowi, pernyataan tersebut disampaikan secara eksplisit bahkan dengan sangat emosional sampai suara berubah menjadi tinggi melengking.

Kemudian pernyataan senada juga disampaikan lagi pada pertemuan presiden dengan para petinggi media dan konten kreator politik di Istana Negara, Senin (29/5).

Terlepas dari pro dan kontra atas pernyataan bahwa presiden akan cawe cawe pada Pemilu 2024 bagi bangsa dan negara, Indra memberikan analisis bahwa Presiden Jokowi sebenarnya sedang mengakui kegagalan program utama di periode kedua ini yaitu Pembangunan SDM Unggul.

"Rakyat Indonesia banyak yang lupa bahwa program prioritas pemerintahan Presiden Jokowi di periode kedua ini adalah Pembangunan SDM Unggul, bukan hanya pembangunan infrastruktur," papar Indra.

Dikatakan, saat Pak Jokowi menyampaikan negara punya momentum dalam 13 tahun untuk menjadi negara yang lebih maju. Kalau tak bisa ambil momentum akan lepas. Kemudian dikaitkan dengan soal capres, pemimpin di 2024, 2029, dan 2034 itu sangat krusial. Dan bukan hanya figur capresnya, tapi juga cawapres, serta anggota kabinet menjadi sangat menentukan.

"Pandangan saya, di balik pernyataan tersebut, Pak Jokowi mengakui bahwa Indonesia kekurangan SDM unggul. Kalau Indonesia punya banyak SDM unggul otomatis tidak perlu khawatir dengan siapa pun yang terpilih nanti. Selain itu, beliau juga mengindikasikan bahwa rakyat Indonesia belum cukup cerdas untuk bisa memilih pemimpin yang tepat jika beliau tidak cawe-cawe. Jelas beliau mengakui bahwa program Pembangunan SDM Unggul itu gagal total," lanjut Indra.


Baca juga: Hari Susu Nusantara Ingatkan Konsumsinya masih Rendah


Menurut dia, banyaknya rangkap jabatan yang diamanatkan presiden kepada bawahannya adalah indikator gagalnya membangun sumber daya manusia Indonesia yang unggul.

Secara kuantitatif, kita juga bisa melihat berbagai data tentang rendahnya kemampuan SDM Indonesia seperti Programme for International Student Assessment (PISA) yang mana kemampuan membaca, matematika, dan sains orang Indonesia masih jauh di bawah rata-rata dunia.

Bahkan, lanjut Indra, Bank Dunia menempatkan kemampuan literasi bangsa Indonesia pada level functionally illiterate alias buta huruf secara fungsi. Artinya, orang Indonesia mampu baca tetapi tidak mampu memahami apa yang dibaca. Dengan kata lain orang Indonesia tidak punya kemampuan belajar.

Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbud-Ristek) juga telah melakukan kajian yang mengonfirmasi hasil PISA tersebut yang dikenal dengan nama Asesmen Nasional (AN), yang mana kurang dari 50% anak Indonesia memiliki kemampuan literasi dan numerasi pada level minimum.

Dampak dari rendahnya literasi dan numerasi, menurut OECD dalam kajiannya berjudul '21st Century Readers: Developing Literacy Skills in a Digital World (2021)', yang ditempatkan sebagai bangsa yang paling tidak mampu membedakan mana fakta dan mana opini, karena tidak mampu mencari referensi yang kredibel.

Hal ini membuat sampai hari ini bangsa Indonesia mudah termakan berita bohong, hoaks, dan mudah diadu domba. Hal yang sangat bertentangan dengan amanat konstitusi untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan bukan bukti SDM yang unggul.

"Saran saya lebih baik Presiden Joko Widodo kembali fokus mensukseskan program prioritasnya sendiri. Ada capaian-capaian pada RPJMN dan RPJPN yang masih belum tercapai dan posisinya masih sangat jauh untuk bidang sosial budaya dan iptek," tukas Indra.

Ia menambahkan, karena menjadi narasumber Bappenas untuk mengevaluasi kinerja pemerintah tahun lalu, ia pun mengetahui persis datanya.

"Kami semua menghormati dan mencintai Pak Jokowi, kami ingin beliau punya legacy dengan keberhasilan program-program prioritasnya sendiri. Jangan sampai beliau disorientasi. Harapan kami beliau akan menjadi seorang negarawan bukan sekedar politisi. Ingat syair lagu Indonesia Raya, 'Bangunlan jiwanya bangunlah badannya', bukan 'Bangunlah kereta cepatnya, bangunlah ibu kotanya. Ayo Pak Presiden kita cerdaskan bangsa ini agar menjadi SDM yang unggul," tutup Indra. (I-2)

BERITA TERKAIT