KEMENTERIAN Kesehatan memaparkan, setidaknya terdapat 33% lansia yang mengalami luka dekubitus. Pada tahun 2021, tercatat ada 30 juta penduduk lansia. Artinya, ada sekitar 9,9 juta lansia mengidap luka dekubitus.
Dilansir dari laman alodokter, luka dekubitus terjadi pada orang yang mengalami masalah pada pergerakan. Penderita dekubitus, tidak berganti posisi pada waktu yang lama, dan hanya berbaring di tempat tidur atau kursi. Akhirnya, jaringan pada bagian tubuh yang mengalami penekanan seperti tumit, siku, pinggul dan tulang ekor, mengalami gangguan, dan membentuk luka.
Luka akibat dekubitus bisa menjadi sangat parah hingga menyebabkan lubang dan luka menganga yang sulit untuk disembuhkan. dibutuhkan perawatan rutin untuk membersihkan luka agar kondisi dekubitus tidak semakin parah dan menyebabkan komplikasi.
Baca juga: Influenza Bisa Jadi Penyakit Berbahaya Jika Menginfeksi Lansia
Lansia, seringkali mengalami luka dekubitus karena mengalami masalah pada pergerakan. Akhirnya, harus menghabiskan waktu yang lama pada tempat tidur atau kursi.
Pada lansia, kondisi ini dapat diperburuk oleh gejala inkontinensia urin dan tinja. Kondisi lembab dapat memudahkan pertumbuhan jamur dan bakteri yang dapat memperburuk kondisi luka pada area yang mengalami tekanan.
Baca juga: Penurunan Kekuatan Otot Leher Sebabkan Lansia Sulit Menelan
“Angka 33 persen tersebut, mengungkapkan kalau kasus dekubitus itu ada dan tinggi. Bisa disebabkan oleh penyakit kronis, karena disebabkan oleh ada penyakit utama yang harus membuat mereka berbaring dalam waktu yang lama,” ungkap Dewan Pengurus Persatuan Perawat Nasional Indonesia Wilayah DKI Jakarta, Herwina, dalam konferensi pers Lifree, di Hotel Mulia, dikutip Kamis (25/05).
“Waktu yang lama ini, membuat gejala bisa terjadi. Misalnya, masalah sirkulasi, yang pada area yang tertekan, sirkulasinya ga lancar. Kemudian, dari faktor usia. Dengan bertambahnya usia, terjadi faktor regenerasi sel yang melambat. Selain itu, makanan. Makanan itu penting, kalau nafsu makan menurun, proses penyembuhan luka bisa lebih susah,” sambung Herwina.
Menurut Herwina, peran keluarga dan perawat dalam mengatasi kondisi luka dekubitus pada lansia, sangat dibutuhkan. Ia menambahkan, bahwa kerap kali lansia tidak dapat menolong diri mereka sendiri. Oleh karena itu, bantuan dengan cara membantu lansia bergerak lebih aktif, dapat membantu menangani luka dekubitus pada mereka.
“Untuk mencegah luka dekubitus terjadi pada lansia, dapat dilakukan dengan menaruh mereka di posisi yang tidak sama setiap saat, dan ini ada tekniknya. Setelah itu, diusahakan pakai bantalan anti lembab dan support permukaan kulit. Ini, sangat melibatkan peran keluarga dan care giver,” ungkapnya.
(Z-9)