MENTERI Luar Negeri (Menlu) Retno Marsudi menyatakan dirinya sangat mendukung penuh pengusulan gelar pahlawan nasional terhadap eks Menlu Mochtar Kusumaatmadja. Sosoknya dinilai merupakan panutan untuk seluruh diplomat.
“Beliau adalah seorang diplomat ulung yang berhasil menorehkan beberapa jejak yang tidak akan terhapus dalam sejarah diplomasi Indonesia,” ujar Retno saat menyampaikan sambutan pada Seminar Nasional Pengusulan Gelar Pahlawan Nasional Prof. Mochtar Kusumaatmadja, Jakarta, Rabu (24/5).
Retno mengatakan Mochtar pernah menjabat sebagai menteri kehakiman selama empat tahun hingga 1978 dan setelahnya menjadi Menlu sampai 1988. Dia juga, kata Retno, merupakan guru besar Universitas Padjajaran juga menjadi anggota Komisi Hukum Internasional yang dibentuk Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
Baca juga: Frans Seda Diusulkan Jadi Pahlawan Nasional, Pematung Bangun Patungnya di Sikka
Kiprah Mochtar Kusumaatmadja
Menurut Retno terdapat tiga catatan emas Mochtar di ranah diplomasi, khususnya dalam memajukan hukum internasional, diplomasi kekuatan lunak atau soft power diplomacy dan mediasi.
Pertama, kata Retno, pria yang lahir di Batavia, Hindia Belanda, pada 17 Februari 1929 itu memperjuangkan pengakuan internasional terhadap Indonesia sebagai negara kepulauan. Prosesnya memakan waktu hingga 25 tahun melalui Deklarasi Juanda, dan kemudian menjadi hukum internasional yang diakui dalam Konvensi Hukum Laut (UNCLOS) 1982.
“Indonesia berhasil memperoleh wilayah perairannya tanpa mengangkat senjata. Perairan pedalaman kita tidak lagi terpecah wilayahnya tetapi menjadi lebih utuh sebagai Negara Kesatuan Republik Indonesia dan UNCLOS 1982 ini akan terus digunakan Indonesia dalam memperjuangkan hak-haknya, termasuk di Laut China Selatan,” kata Retno.
Baca juga: Dukung AM Sangadji jadi Pahlawan Nasional, Aktivis di Jakarta Gelar Diskusi Publik
Mochtar merupakan tokoh yang mengedepankan soft power diplomacy dengan mempromosikan budaya Indonesia di kancah internasional. Mochtar mendirikan restoran Nusantara Indonesia di New York, Amerika Serikat (AS) pada 1986, membentuk Nusantara Chamber Orchestra pada 1988, dan mengusung pameran kebudayaan Indonesia di AS pada 1990-1991.
“Semua ini dilakukan demi membangun citra positif Indonesia di mata dunia, sekaligus memperkuat jembatan kebudayaan antara Indonesia dengan negara lain,” terang Retno.
Mochtar juga mendirikan Museum Konferensi Asia-Afrika yang merupakan pengingat tonggak kepemimpinan Indonesia yang menginspirasi kemerdekaan banyak bangsa di dunia pada masa itu. “Jadi pemanfaatan soft power dalam diplomasi merupakan sebuah terobosan pada masanya,” jelas Retno.
Ketiga, Mochtar dihormati atas inisiatifnya dalam memediasi konflik antara Vietnam dan Kamboja. Menurut Retno, upaya diplomasi Mochtar membuka jalan bagi rangkaian proses perdamaian dengan menghasilkan Ho Chi Minh City Understanding yang kemudian menjadi landasan pelaksanaan Jakarta Informal Meetings, hingga berujung pada Paris Peace Agreement yang sampai saat ini masih terus diingat setidaknya oleh Kamboja dan Vietnam.
“Sebagai menlu, beliau paham betul pentingnya stabilitas dan keamanan di kawasan dan ekspektasi dunia terhadap kepemimpinan Indonesia di dalam menyelesaikan berbagai konflik,” ujar Retno.
Dengan berbagai kiprah tersebut, Mochtar memastikan Indonesia bisa tetap berdiri tegak dalam memperjuangkan kepentingan nasional sekaligus terus berupaya berkontribusi dalam menciptakan perdamaian dunia.
“Bagi saya, Prof. Mochtar sudah merupakan seorang pahlawan. Karena itu, pemberian gelar pahlawan nasional bagi beliau sangatlah pantas sebagai penghormatan terhadap kontribusi beliau bagi Indonesia dan dunia, sekaligus memastikan beliau terus menjadi inspirasi bagi generasi muda bangsa Indonesia, khususnya bagi para diplomat Indonesia,” tutur Retno.
Proses pemberian gelar pahlawan nasional untuk Mochtar telah diusulkan oleh pemerintah Provinsi Bandung sejak 2022. Upaya meyakinkan pemerintah pusat terus dilakukan, salah satunya menamai Jalan Layang Nasional Pasupati di Kota Bandung menjadi Jalan Mochtar Kusumaatmadja.
Pemprov Jawa Barat juga mendukung civitas academica UNPAD Bandung sebagai inisiator mengusung penggagas wawasan nusantara sebagai pahlawan nasional. Mochtar wafat pada 6 Juni 2021 dan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta.
(Z-9)