PEMERINTAH mengakui program penurunan angka stunting atau tengkes di Indonesia masih menghadapi persoalan. Walaupun secara agregat penurunan angka stunting terjadi, sejumlah wilayah ternyata angka prevalensinya masih mengalami peningkatan.
“Karena itu kita terus verifikasi wilayah mana saja yang mengalami kenaikan dan penyebabnya,” kata Wakil Presiden Ma’ruf Amin usai meninjau mal pelayanan publik (MPP) Kabupaten Bengkulu Tengah, Bengkulu, Kamis (4/5).
Sebagai contoh, angka stunting di Bengkulu sudah mencapai angka 18% pada 2022 atau turun 4% dibanding tahun sebelumnya. Namun di sejumlah kabupaten, angka prevalensinya masih di atas 22%. Bahkan ada yang mengalami peningkatan dibanding tahun sebelumnya.
Baca juga: Pandemi Belum Berakhir, Upaya Melindungi Diri dari Ancaman Covid-19 Harus Konsisten
Ma’ruf menyebutkan, salah satu penyebab meningkatnya angka tengkes terkait dengan masih maraknya pernikahan dini. Karena itu, tambahnya, pemerintah meminta pemerintah daerah terus melakukan edukasi kepada masyarakat untuk menunda pernikahan dini.
“Memang pernikahan dini tidak dilarang agama, tapi kan mudaratnya lebih banyak,” jelasnya.
Baca juga: Infeksi Varian Baru Terdeteksi, IRRA Edukasi Pencegahan Covid-19
Selain itu, tambah Ma’ruf, dirinya masih menemukan kurangnya koordinasi antar lembaga yang menangani program ini. Di sejumlah wilayah, Ma’ruf melihat masing-masing lembaga jalan sendiri-sendiri.
“Tidak sinkron integrasi (program) satu lembaga dengan lembaga lain,” ungkapnya.
Karena itu, Ma’ruf meminta instansi pemerintah pusat dan daerah melakukan intervensi sensitif. “Sehingga target pemerintah menurunkan angka stunting menjadi 14% di 2024 bisa tercapai,” pungkasnya. (Z-3)