31 March 2023, 21:06 WIB

Ramadan Momentum Membumikan Nilai Islam yang Rahmatan Lil Alamin


mediaindonesia.com |

BULAN Ramadan bukan hanya tentang menahan diri dari makan dan minum selama beberapa jam saja. Lebih dari itu, Ramadan menjadi sarana bagi umat Islam untuk membumikan nilai-nilai Islam yang rahmatan lil alamin dalam kehidupan sehari-hari serta membangun kesadaran akan pentingnya berakhlak mulia dan bersikap santun dalam pergaulan.

Wakil Direktur Eksekutif Internasional Conference of Islamic Scholar (ICIS) KH Khariri Makmun menyampaikan bahwa sejatinya dalam berpuasa di bulan suci Ramadan memunculkan nilai-nilai positif yang ada pada diri tiap individu menjadi umat yang bertakwa. Termasuk di dalam ketakwaannya adalah menciptakan suasana yang damai dan harmonis.

"Dalam Islam kita mengenal konsep rahmatan lil alamin. Ada enam prinsip di dalamnya. Yaitu, al-insaniyah (berperikemanusiaan), al-alamiyah (mendunia atau global), as-syumul (komprehensif), al-waqi'iyah (realistis), as-samhah dan at-taisir (toleransi dan memudahkan), serta yang terakhir al-muru itu kontinuitas dan fleksibilitas," ujar Kiai Khariri seperti dilansir Antara di Jakarta, Jumat (31/3).

Dia melanjutkan, jika keenam prinsip-prinsip ini mampu dikedepankan, keinginan dan harapan seluruh umat akan suasana damai yang menyatukan akan terwujud. Selain itu juga memperbaiki hubungan, baik ke internal umat Islam maupun dengan nonmuslim bisa diwujudkan, bukan dengan sikap-sikap yang menunjukkan intoleransi.

"Saya kira, kalau kita membangun masyarakat dan memberikan wawasan yang cukup, mereka secara otomatis akan terbiasa dengan perbedaan dan akan menghargai perbedaan," katanya.

Kiai yang juga Wakil Sekretaris Komisi Dakwah Pengurus Pusat Majelis Ulama Indonesia (MUI) ini menilai, masyarakat harus mampu membangun sikap saling menghargai, menghormati dan bijaksana dalam menyikapi perbedaan yang ada sebagai bangsa yang plural.


Baca juga: Contoh Sambutan Halalbihalal Idulfitri Singkat


"Dalam Islam, kita punya prinsip bahwa keyakinan tidak boleh dipaksakan. Keyakinan menjadi sesuatu yang harus dihargai karena itu sebuah pilihan. Seharusnya perbedaan tidak menunjukkan friksi yang sangat tajam atau menimbulkan perpecahan sebagai bangsa. Karena kita sudah tahu bahwa demokrasi memang membuka ruang agar kita berbeda," terangnya.

Ia menambahkan bahwa dalam Surah Al-Baqarah dijelaskan, 'La ikraha fii diini' yang artinya tidak ada paksaan di dalam beragama. Islam membuka ruang untuk perbedaan, dalam ranah muamalah yang melibatkan serta berinteraksi dengan kelompok yang  lain. Kalau berbeda beragama saja boleh, apalagi berbeda untuk yang lain, seperti berbeda paham, dan berbeda dalam pilihan politik adalah hal yang wajar.

"Justru perbedaan-perbedaan dalam ruang beragama harus semakin dimatangkan lagi Sehingga masyarakat bisa lebih dewasa, masyarakat juga nanti akan mentoleransi perbedaan itu dan masing-masing akan menghargai prinsip-prinsip yang diambil oleh orang lain," ujarnya.

Pengasuh Pondok Pesantren Algebra Ciawi ini menilai pentingnya peran para tokoh agama dalam menularkan nilai-nilai moderasi kepada umat terutama mengajarkan pentingnya Islam moderat. Juga pentingnya membawa Islam dengan tujuan-tujuan menyatukan masyarakat, mengharmonikan, dan mendamaikan.

"Ini sangat positif sekali untuk menciptakan suasana damai di bulan suci ini agar lebih harmoni lagi tanpa provokasi, tidak ada serangan-serangan terhadap yang lain. Bagaimana para tokoh agama bisa mengarahkan umat pada nilai atau materi yang membawa kesejukan, kedamaian dan harmonian. Nah apabila suasana seperti bulan Ramadan ini bisa kita kembangkan di luar Ramadan, tentu luar biasa dan ini menjadi keberkahan Ramadan," tuturnya. (Ant/I-2)

BERITA TERKAIT