TANOTO Foundation bekerjasama dengan SDGs Academy Indonesia mengadakan SDGs Powerhouse Youth March for Climates: Starts with Me. Agenda ini dimaksudkan untuk mendorong generasi muda dalam mencegah kerusakan iklim, khususnya di bidang ekonomi sirkular melalui pengurangan emisi karbon.
Dalam acara yang berlokasi di SDGs Academy Indonesia di kawasan Menteng, Jakarta Pusat tersebut, terdapat perwakilan dua anak muda yang mempresentasikan inovasinya dalam upaya mengurangi dampak buruk perubahan iklim. Kedua inovasi tersebut berfokus pada penjejakan emisi karbon dan kegiatan ekonomi sirkular.
Pendiri sekaligus CEO Carbon Addons Mohammad Naufal selaku salah satu pembicara menekankan tentang peran Indonesia sebagai bagian dari negara-negara dunia yang menandatangani Paris Agreement pada 2015 silam. Dalam paparannya, Naufal juga menyertakan data temuan terkait progres Indonesia dalam mengejar target Sustainable Development Goals (SDG) pada 2030.
Naufal mengaku prihatin dengan progres Indonesia dalam mengejar target SDG-nya yang baru mencapai 14 persen. Berangkat dari kegelisahannya, ia pun mendirikan Carbon Addons, sebuah start up teknologi iklim. Carbon Addons berfungsi untuk mendeteksi seberapa banyak emisi karbon yang dihasilkan dalam setiap transaksi belanja daring.
Setelah pandemi, menurut Naufal tingkat belanja online meningkat drastis dan tentunya jejak emisi karbon yang dihasilkan juga meningkat. "Kami menggunakan plugins yang terkoneksi dengan situs jual beli online seperti e-commerce, retail, shipping, dan masih banyak lagi. Ketika plugin kita interintegrasi di sistem tadi, akan ada fitur tambahan sebelum checkout yang memungkinkan pengguna tahu kira-kira seberapa besar, sih, emisi karbon yang dihasilkan oleh satu transaksi ini? Lalu bagaimana caranya dapat utilize atau mengurangi emisi karbon itu melalui pendanaan proyek iklim yang sesuai dengan emisi yang dihasilkan tadi," paparnya dalam agenda yang diprakarsai Tanoto Foundation dan SDGs Academy Indonesia pada Kamis (30/3).
Hal serupa juga dilakukan oleh inisiator GROW TSA ITB, Graciella Liander. GROW TSA ITB merupakan singkatan dari Gerakan Restorasi Oleh Warga Tanoto Scholars Association Institut Teknologi Bandung, sebuah gerakan yang bertujuan untuk mencapai tujuh belas SDG.
Graciella bersama dengan rekan-rekan dari berbagai fakultas di ITB terjun langsung ke sebuah daerah bernama Kidang Pananjung di daerah Kabupaten Bandung Barat. Di sana mereka mencoba mengoptimalkan perekonomian warga melalui sistem bercocok tanam berkelanjutan dan program-program pembangunan lainnya.
Adapun strategi yang dilakukan oleh GROW TSA ITB adalah dengan memanfaatkan peternakan warga untuk menghasilkan pupuk alami yang nantinya akan digunakan untuk budidaya singkong yang memang sudah menjadi mata pencaharian warga Kidang Pananjung. Peternakan warga yang tadinya menghasilkan emisi karbon, akhirnya bisa dimanfaatkan untuk pertanian berkelanjutan tanpa bergantung pada pupuk kimia "Kita berusaha mentransformasi emisi karbon yang dihasilkan menjadi hal yang bermanfaat untuk desa itu sendiri," ujarnya dalam kesempatan yang sama.(H-1)