16 February 2023, 19:53 WIB

Layanan Kesehatan Jiwa Harus Mudah Diakses dan Ikuti Perkembangan Teknologi


Mediaindonesia.com |

Uni Emirat Arab merupakan negara Islam modern dengan keragaman penduduk dan agama di dalamnya. Tidak hanya bangsa Arab yang berada di Uni Emirat Arab, tetapi bangsa-bangsa lain non muslim pun berdiam di sana. Abu Dhabi sebagai ibukota dan Dubai sebagai pusat bisnis global, menjadikan Uni Emirat Arab menjadi tempat berdiam berbagai suku bangsa.

Selain pusat bisnis, Uni Emirat Arab juga memiliki pelayanan kesehatan yang cukup baik, termasuk pelayanan kesehatan jiwa.

Ketua Umum Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa DKI Jakarta (PDSKJI DKI Jakarta) 2016-2023, Dr. dr. Nova Riyanti Yusuf, SpKJ atau akrab disapa Noriyu sebagai ketua delegasi dokter spesialis kedokteran jiwa dari Jakarta dalam kunjungan ke Dubai pekan lalu mengatakan bahwa pelayanan kesehatan jiwa di Dubai, seperti dilakukan di Al Amal Psychiatric Hospital yang terakreditasi JCI (Joint Commission Intertantional) sangat penting untuk menjadi percontohan bagi Indonesia dalam mengembangkan rumah sakit jiwa vertikal.

"Ini sesuai mimpi Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin yang menginginkan rumah sakit vertikal Kementerian Kesehatan dalam hal ini rumah sakit jiwa vertikal menjadi World Class Hospital," kata Noriyu di Jakarta, Kamis (16/2).

Dalam kunjungan ke Dubai, delegasi Indonesia terdiri dari beberapa institusi yaitu RS Jiwa Islam Klender, RS Jiwa Soeharto Heerdjan, RS Khusus Daerah Duren Sawit, Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti, Fakultas Kedokteran UPN Veteran Jakarta, Fakultas Kedokteran YARSI.

"Semoga rumah sakit jiwa di Indonesia bisa benchmarking dengan Al Amal Psychiatric Hospital sebagai sister hospital," lanjutnya.

Al Amal Psychiatric Hospital adalah rumah sakit jiwa pertama di Timur Tengah. Lahirnya Al Amal Psychiatric Hospital merupakan kerja sama antara Maudsley Health dengan  Ministry of Health and Prevention Uni Emirat Arab dan berkolaborasi dengan Emirates Health Services (EHS).

Dr. Mohamed Maksoud, Consultant Psychiatrist, Clinical Director untuk Maudsley Health Abu Dhabi, dan Assistant Director for Medical Affairs di Al Amal Hospital Dubai saat memberikan presentasi di hadapan delegasi Indonesia, mengatakan bahwa Al Amal Psychiatric Hospital dibangun tahun 1983 dan pada 2016 sudah menjadi fasilitas state-of-the-art sebagai bagian dari inisiatif pemerintah Uni Emirat Arab untuk mempromosikan kesehatan jiwa di Timur Tengah.

Dengan biaya 419 juta dirham, Al Amal Psychiatric Hospital memiliki fasilitas kesehatan jiwa terbesar di Uni Emirat Arab. Satu-satunya rumah sakit EHS yang didedikasikan untuk pelayanan psikiatrik dan pelayanan psikiatrik rawat inap sejak pandemi. Jumlah tempat tidur meningkat dari 98 pada 2019 menjadi 215 tempat tidur pada 2022.

baca juga: Satu dari Tiga Remaja Indonesia Miliki Masalah Kesehatan Mental

Sisi menarik lainnya adalah rumah sakit tersebut melayani populasi di Dubai dan the Northern Emirates lintas usia. Termasuk pelayanan rawat inap, rawat jalan, komunitas, gawat darurat, e-clinic (konsultasi dengan dokter lewat video).

"Ada unit Customer Happiness Center dan nilai kepuasannya 94%. Manusiawi ada unit-unit vila yang disediakan gratis bagi pasien yang ditelantarkan keluarga. Rehabilitation residences dibuka secara gratis sejak Desember 2022," terang Noriyu.

Ia menambahkan bahwa dalam pelayanan kesehatan jiwa, teknologi sangat penting untuk admission policy (kebijakan penerimaan pasien) dengan menggunakan sistem Q-matic. Tentunya untuk memberikan layanan cepat dan berkualitas dibutuhkan teknologi yang mahal namun cost effective.

Para dokter spesialis kedokteran jiwa atau psikiater dibatasi hanya menerima dua pasien baru dan 10 pasien lama setiap harinya. Dan mereka hanya boleh bekerja di Al Amal Psychiatric Hospital karena mereka diberi penghasilan sepadan dan tetap.

Rumah sakit lainnya yang melayani kesehatan jiwa adalah Al Jalila Children's Speciality Hospital didirikan 1 November 2016. Rumah sakit pertama yang didedikasikan untuk anak di Uni Emirat Arab.

Al Jalila adalah rumah sakit anak ultramodern yang bertujuan untuk menjadi kekuatan fasilitas pelayanan tersier dan quarternary di Uni Emirat Arab.

Rumah sakit ini memadukan desain yang cerdas dengan kekuatan teknologi, termasuk menjadi tuan rumah farmasi robot pertama di Dubai dan laboratorium yang sepenuhnya otomatis.

Child and Adolescent Mental Health Centre of Excellence (CAMH CoE) di Al Jalila Children’s adalah pusat multidisiplin yang didedikasikan untuk menyediakan asesmen dan manajemen komprehensif dari berbagai masalah kesehatan jiwa pada anak dan remaja, juga memberikan dukungan kepada keluarga mereka. Di sana juga ada program self-harm dan suicidality.

CAMH CoE memelopori dan mendukung penelitian, pelatihan, dan pengajaran tingkat lanjut antar-departemen untuk profesional kesehatan jiwa dari berbagai latar belakang.

Dr. Ammar Humaid Albanna, Head of Mental Health Center of Excellence dan Consultant Child & Adolescent Psychiatry memperkenalkan 4 pilar CAMH CoE yaitu keunggulan dalam layanan klinis, riset, pelatihan dan pendidikan, serta advokasi dan kesadaran.

Selain ke Dubai, Noriyu secara pribadi telah mempelajari sistem pelayanan kesehatan jiwa di berbagai negara untuk semakin memahami implementasi Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2014 tentang Kesehatan Jiwa.

Beberapa tempat yang pernah dikunjungi Noriyu untuk mempelajari pelayanan kesehatan jiwa antara lain dengan menjadi fellow “Mental Health Implementation Research” di Harvard Medical School; mengunjungi National Institute of Mental Health di Maryland Amerika Serikat, Singapura, dan Jepang; mengunjungi rumah sakit jiwa di Thailand dan Kuba; juga pelayanan kesehatan jiwa komunitas di Australia, Italia, dan Kamboja.

Menyadari berbagai tantangan implementasi Undang-Undang Kesehatan Jiwa dan BPJS, Indonesia membutuhkan model-model layanan untuk mengawinkan sistem pelayanan kesehatan jiwa berbasis komunitas dan rumah sakit. “Dulu saat penyusunan Rancangan Undang-Undang Kesehatan Jiwa di Komisi 9 DPR RI, kami menggabungkan model pelayanan kesehatan jiwa berbasis rumah sakit dan komunitas. Ada 2 negara yang dikunjungi, yaitu Amerika Serikat dan Italia,” tambah Noriyu yang merupakan inisiator RUU Kesehatan Jiwa dan Ketua Panitia Kerja RUU Kesehatan Jiwa Komisi 9 DPR RI sampai disahkan menjadi Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2014 tentang Kesehatan Jiwa.

Keterbatasan sumber daya manusia kesehatan jiwa dan sumber-sumber daya lainnya juga masih menjadi tantangan di Indonesia. "Uni Emirat Arab memiliki populasi 9,8 juta dengan jumlah psikiater 414 atau 4,24/100.000 populasi. Sedangkan di Indonesia populasi 270 juta jiwa dengan jumlah psikiater 1.120 atau 0,41/100.000 populasi," terangnya.

Ia berharap dengan adanya contoh baik diterapkan di Dubai, bisa menjadi masukan bagaimana pemerintah Indonesia membangun layanan kesehatan jiwa vertikal Kementerian Kesehatan yang paripurna dan melayani semua kalangan dan usia, serta mudah diakses oleh masyarakat di seluruh Indonesia.

BERITA TERKAIT