BADAN Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memprediksi intensitas cuaca ekstrem di Indonesia akan semakin meningkat. Mulai dari kekeringan hingga curah hujan ekstrem.
"Kita sudah membuat laporan, bahwa ada kecenderungan di masa depan kondisi yang semakin kering dan jeda hujan yang memanjang di seluruh wilayah Indonesia," jelas Koordinator Bidang Analisis Variabilitas Iklim BMKG Supari dalam diskusi, Rabu (8/2).
Adapun wilayah yang berpotensi mengalami masa kering panjang, yaitu Jawa, Sumatra, Kalimantan, Papua dan Sulawesi. "Berdasarkan pemodelan ini, kita mendapati di masa depan akan memanjangnya jeda tanpa hujan itu 20-30%," imbuhnya.
Baca juga: Gunung Merapi: Awan Panas Guguran Mengarah ke Kali Boyong
Di sisi lain, ada pula wilayah yang akan mengalami peningkatan intensitas hujan dengan skala ekstrem. Wilayah tersebut mencakup Sumatra Utara, Kalimantan dan Papua. Cuaca ekstrem sebenarnya sudah mulai terlihat dalam waktu 30 tahun terakhir.
Dalam hal ini, curah hujan dengan intensitas tinggi meningkat, namun jeda terjadinya hujan pun menjadi lebih panjang. "Karakteristiknya, curah hujan menjadi jarang tapi sekalinya terjadi hujan, itu hujan lebat," tutur Supari.
Menurutnya, ada beberapa faktor yang menjadi penyebab, yakni dinamika atmosfer dengan pola yang tidak menentu. Lalu, kondisi lingkungan di daratan dengan adanya kontribusi aktivitas manusia. Supari berharap iklim yang semakin ekstrem dapat disikapi secara serius oleh semua pihak.
Baca juga: BMKG: Waspadai Hujan Lebat di Pegunungan Sumut
"Hasil survei global mengatakan bahwa Indonesia kurang peduli dengan perubahan iklim. Kita perlu memberikan edukasi tentang pola hidup ramah lingkungan, yang bisa mereduksi emisi dan individu bisa berkontribusi pada mitigasi perubahan iklim," pungkasnya.
Peneliti di Pusat Penelitian Oseanografi BRIN Intan Suci Nurhati mengungkapkan bahwa berdasarkan riset oleh IPCC, di masa depan cuaca panas ekstrem dan intensitas hujan ekstrem akan meningkat. Hal itu disebabkan tingginya emisi gas rumah kaca, yang sulit ditampung hutan dan laut.
"Kalau storage karbon di hutan dan laut bisa menyerap karbon dengan baik, kita bisa mengerem laju perubahan iklim," terang Intan.(OL-11)