PERMASALAHAN kurang asupan protein dan pola asuh hingga permasalahan gizi di Indonesia masih terbilang kompleks.
Setidaknya ada tiga beban utama yang menjadi perhatian khusus pemerintah dan masyarakat dalam menghadapi masalah gizi, yaitu stunting, wasting (kekurangan gizi), dan overweight (kelebihan gizi). Dilansir dari Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) 2021, ketiga beban tersebut mempunyai prevalensi yang cukup besar meski angkanya telah menurun dari data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas).
Kementerian Kesehatan RI menjelaskan bahwa sekitar 23% bayi baru lahir mengalami stunting. Hal itu disebabkan ibu hamil mengalami kekurangan gizi dan anemia. Kemudian, setelah lahir angka kejadian stunting meningkat secara signifikan pada usia 6-23 bulan sebesar 1,8 kali atau menjadi 37%, akibat kurangnya asupan protein serta pola asuh makan (parenting) yang tidak tepat. Hal ini sejalan dengan hasil Studi Kasus Gizi Indonesia (SSGI) 2021 yang menunjukkan bahwa 47,5% Baduta (bawah dua tahun) 6-23 bulan belum mengonsumsi makanan gizi seimbang, khususnya protein.
"Salah satunya upaya LKC Dompet Dhuafa dalam pencegahan stunting ialah melalui program Pos Gizi. Program ini merupakan salah satu inovasi gizi untuk mencegah stunting dengan sebuah pendekatan yang memungkinkan perubahan perilaku gizi yang baik," ujar Kepala LKC-DD Pusat drg Martina Tirta Sari dalam keterangannya, Sabtu (4/2).
Penjabaran penurunan data tersebut terbilang sebagai berikut, stunting dari 30,8% menjadi 24,4%, wasting dari 10,2% menjadi 7,1% dan overweight 8% menjadi 3,8%. Dari ketiga hal tersebut, prevalensi stunting menjadi yang terbesar. SSGI mencatat satu dari empat atau sekitar lima juta anak Indonesia mengalami stunting.
Lebih lanjut Martina menjelaskan sepanjang 2022 LKC-DD telah melangsungkan program Pos Gizi di 11 titik yang tersebar di 9 provinsi di Indonesia; Aceh, Banten, Jakarta, Jateng, Yogyakarta, NTB, NTT, Sulsel, dan 3 titik di Jabar.
"Sebelas titik ini telah berhasil mampu memulihkan anak-anak kurang gizi yang diidentifikasi di dalam masyarakat. Selain itu memungkinkan keluarga mempertahankan status gizi anak di rumah masing-masing secara mandiri, dan mencegah kekurangan gizi pada anak-anak yang akan lahir kemudian dalam masyarakat," tutur Martina.
Pos gizi mengajarkan empat hal penting bagi masyarakat, di antaranya perilaku pemberian makan, pengasuhan anak, kebersihan lingkungan dan pribadi serta mencari pelayanan kesehatan. Hasil intervensi program pos gizi menampilkan angka sebesar 82% keberhasilan atau tingkat kelulusan anak pada Program Pos Gizi LKC Dompet Dhuafa. Peserta pos gizi dinyatakan lulus apabila setelah dilakukan intervensi anak mengalami kenaikan berat badan rata-rata dari 600-800 gram. (RO/O-2)