DI suatu sore, seorang anak datang kepada ayahnya. Sang anak merasakan kecapaian dalam menjalani kehidupan sehari-hari.
"Aku capai, sangat capai. Aku capai karena aku belajar mati-matian untuk mendapat nilai bagus. Aku mau menyontek saja. Aku capai karena aku harus terus membantu ibu membersihkan rumah, sedang temanku punya pembantu. Aku ingin kita punya pembantu saja!" tutur sang anak.
Ayahnya tersenyum mendengar keluhan anak. "Aku capai karena aku harus menabung, sedang temanku bisa terus jajan tanpa harus menabung. Aku juga ingin jajan terus! Aku capai karena aku harus menjaga sikapku untuk menghormati teman-temanku, sedang mereka seenaknya saja bersikap padaku. Aku capai ayah untuk menahan diri. Aku ingin seperti mereka yang terlihat senang. Aku ingin seperti mereka, ayah," sambung sang anak yang mulai menangis.
Sang ayah lantas mengelus kepala anaknya. "Anakku, ayo ikut ayah. Ayah akan menunjukkan sesuatu kepadamu." Lalu sang ayah menarik tangan anak. Mereka menyusuri sebuah jalan yang sangat jelek, banyak duri, serangga, lumpur, dan ilalang.
Lalu sang anak pun mulai mengeluh. "Ayah kita mau ke mana sih? Aku tidak suka jalan ini. Lihat sepatuku menjadi kotor, kakiku luka karena tertusuk duri. Badanku dikelilingi serangga. Berjalan pun susah karena banyak ilalang. Aku benci jalan ini ayah!"
Sang ayah hanya terdiam. Keduanya tetap berjalan terus. Sampai akhirnya mereka sampai pada telaga yang sangat indah. Airnya sangat segar. Ada banyak kupu-kupu, bunga bunga yang cantik, dan pepohonan yang rindang.
"Wah, tempat ini ayah? Aku suka! Aku suka sekali tempat ini!" tutur anak kegirangan. Sang ayah hanya diam kemudian duduk di bawah pohon yang rindang yang beralaskan rerumputan hijau.
"Kemarilah anakku. Ayo duduk di samping ayah," ujar sang ayah. Si anak pun ikut duduk di samping ayahnya.
"Anakku, tahukah engkau mengapa di sini begitu sepi? Padahal tempat ini begitu indah ?"
"Tidak tahu Ayah, memangnya kenapa?"
"Itu karena orang-orang tidak mau menyusuri jalan yang jelek tadi. Padahal mereka tahu ada telaga di sini, tetapi mereka tidak bisa bersabar dalam menyusuri jalan itu."
"Oh, berarti kita orang yang sabar ya ayah?"
"Nah, akhirnya kau mengerti"
"Mengerti apa? Aku tidak tahu apa yang harus dimengerti."
"Anakku, butuh kesabaran dalam belajar, butuh kesabaran dalam bersikap baik, butuh kesabaran dalam setiap kebaikan agar kita mendapat kemenangan, seperti jalan yang tadi. Bukankah kau harus sabar saat ada duri melukai kakimu, kau harus sabar saat lumpur mengotori sepatumu, kau harus sabar melewati ilalang, dan kau pun harus sabar saat dikelilingi serangga dan akhirnya semuanya terbayarkan. Ada telaga yang sangat indah. Seandainya kau tidak sabar, apa yang kau dapat? Kau tidak akan mendapat apa-apa anakku. Oleh karena itu bersabarlah anakku."
"Namun Ayah, bersabar itu tidak mudah."
Baca juga: Cerita Tiga Penjual Sisir di Kompleks Biara Shaolin, Berhasilkah?
"Ayah tahu. Oleh karena itu ada yang menggenggam tanganmu agar kau tetap kuat. Begitu pula hidup. Ada ayah dan ibu yang akan terus berada di sampingmu agar saat kau jatuh, kami bisa mengangkatmu. Namun ingatlah anakku, kami tidak selamanya bisa mengangkatmu saat kau jatuh. Suatu saat nanti, kau harus bisa berdiri sendiri. Karenanya, jangan pernah kau gantungkan hidupmu kepada orang lain. Jadilah dirimu sendiri. Jadilah pribadi yang kuat, yang tetap tabah dan tawakkal karena kau tahu ada Tuhan di sampingmu. Maka kau akan dapati dirimu tetap berjalan menyusuri kehidupan saat yang lain memutuskan untuk berhenti dan pulang. Nah, kau tahu bagaimana akhirnya kan?"
"Ya Ayah, aku tahu. Aku akan mendapat surga yang indah, lebih indah dari telaga ini. Sekarang aku mengerti. Terima kasih Ayah, aku akan tegar saat yang lain terlempar." Sang ayah hanya tersenyum sambil menatap wajah anak kesayangannya.
Apakah hikmah dari kisah itu? Kita tidak tahu seberapa besar cobaan dan rintangan yang Tuhan berikan kepada kita. Namun, Tuhan tidak akan memberikan cobaan melebihi kekuatan hamba-Nya. Teruslah berdo'a, tawakal, dan pasrah akan kehendak-kehendak-Nya karena semua telah dituliskan.
Kesabaran akan membuahkan hasil yang indah. Ingat, Tuhan sangat menyukai orang-orang yang sabar. (OL-14)