20 January 2023, 22:55 WIB

Pengaruh Budaya Luar dari Media Sosial, Tantangan Praktisi Komunikasi


Mediaindonesia.com |

DI tengah kemajuan zaman dan teknologi yang dibarengi dengan maraknya pengaruh budaya luar dari media sosial, ada tantangan tersendiri bagi para praktisi komunikasi untuk tetap cekatan beradaptasi sekaligus terus mempertahankan integritasnya. Penjagaan integritas penting dilakukan karena menjadi fondasi awal dalam membangun kepercayaan publik. 

Hal tersebut karena ketika krisis integritas terjadi akan membutuhkan waktu lama dalam pemulihannya. "Akar mula dari trust yang hilang, akan memunculkan ancaman bagi perusahaan," kata Dr Firsan Nova, CEO Nexus Risk Mitigation and Strategic Communication, dalam workshop Leadership Series 2 bertajuk Rebuilding Trust After A Crisis: How to Win Your Stakeholder Back!

Ketika berbicara mengenai kepercayaan, diperlukan intended strategy dan emergency strategy. "Intended strategy berupa strategi yang diniatkan, tetapi belum dilakukan. Sedangkan emergency strategy berupa penyusunan strategi dari yang paling ideal sampai yang paling sakit," tutur Firsan.

Menurutnya, emergency strategy perlu dilakukan agar tidak terpaku dengan satu hal dan bisa dinamis dengan keadaan yang akan terjadi. "Orang yang paling kaya ialah ketika ia punya masalah ia punya banyak solusi," imbuhnya.

Dalam acara yang dihadiri oleh para praktisi PR tersebut, Firsan juga menyebutkan jika ingin mengembalikan kepercayaan, hilangkan capability mismatch. "Karena semakin panjang durasi antara plan dan eksekusi, akan ada time lake yang tumbuh di antaranya," jelas Firsan.

Ia menambahkan bahwa intended strategy sering kali tidak sukses karena plan dan eksekusi yang tidak cepat. Oleh karena itu, praktisi komunikasi harus memiliki sense of PR yang memiliki kepekaan dalam melihat potensi kemunculan krisis. 

Firsan juga menyebutkan, "Apalagi jika yang dilanggar ialah integritas. Semakin perusahaan lama dalam penanganannya, semakin cepat pula jatuhnya." 

Ketika perusahaan tidak memiliki cukup cash flow, tugas PR ialah menciptakan citra dan narasi yang baik. "Benarkah legalitasnya, perbanyak relasinya. Ketika top management belum memiliki sense of PR, maka support," tutup Firsan dalam acara yang diadakan di JS Luwansa Hotel, Jakarta, Jumat (20/1). (RO/OL-14)

BERITA TERKAIT