18 January 2023, 09:00 WIB

Siapkan Fisik untuk Calon Jemaah Haji Lansia


Naufal Zuhdi |

TIDAK adanya pembatasan usia untuk jemaah haji dari Indonesia di tahun ini memberikan kesempatan untuk jamaah lanjut usia (lansia) melaksanakan ibadah haji, namun yang harus menjadi perhatian adalah kesehatan fisik calon jemaah haji lansia.

Dokter Spesialis Rehabilitasi Medik Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Persahabatan, Dokter Siti Chandra Widjanantie, Sp. KFR(K) mengingatkan bahwa resiko untuk calon jemaah haji lansia untuk jatuh itu tinggi.

"Kami itu melihat kemampuannya dia (lansia) saat ini seberapa, dan kita melihat ini layak untuk fungsional berjalan atau dia harus menggunakan bantuan seperti kursi roda atau tongkat. Mengingat musim haji itu banyaknya orang yang lansia, resiko jatuh itu tinggi," ucapnya saat dihubungi pada Rabu (11/1).

Pihaknya biasanya memberikan skrining, lalu menilai kemampuan dasarnya. Biasanya emberkasi haji atau pemberangkatan daerah bekerja sama dengan perhimpunan dokter spesialis rehabilitasi medik untuk kedokteran fisik dan rehabilitasi.

"Kami punya uji jalan, uji jalan itu ada uji jalan 6 menit atau uji yang lebih cepat lagi ada untuk kecepatan berjalan, ada juga uji keseimbangan. Jadi kita mau lihat orang itu duduk berdiri berjalan kemudian berputar dan kembali duduk di kursi itu bagaimana, biasanya kita lihat mana yang mampu," jelas Siti.

Kemudian pihaknya melihat ada berapa lama waktu dia (lansia) menuju ibadah, latihan itu berefek sempurna apabila dilakukan selama 12 minggu atau 3 bulan.

"Kita latihan apapun itu efek suistanable ada di 12 minggu atau 3 bulan. Tapi efek paling cepat didapat dalam waktu 4 minggu, continue training dalam 5 kali latihan dalam seminggu selama 4 minggu," tegasnya.

Latihan 12 minggu mulai dilakukan latihannya itu sekitar 2-3 kali seminggu selama 20-60 menit termasuk dari mulai pemanasan, latihan inti sampai pendinginan.

"Latihannya beragam, ada seperti berjalan. Kenapa berjalan karena kita paling banyak berjalan. Sebelum memberikan latihan, kita memberikan tes kesehatan jasmani, tes itu yang paling sederhana adalah tes berjalan," ujarnya.

"Tes berjalan yang paling sederhana itu tes berjalan enam menit atau six minutes walk test. Itu adalah standar Internasional untuk uji ketahanan, jadi diminta untuk berjalan 6 menit kita lihat berapa meter mereka sanggupnya. Kalau yang latihan sederhana, selama 6 menit berjalan, kita bisa lihat nanti 1 menitnya berapa meter," tambah dia.

Latihan fisik saat sedang ibadah mayoritas semuanya berjalan atau duduk berdiri, latihan itu harus sesuai dengan kondisi lansia tersebut.

"Kalau memang tidak memungkinkan untuk berdiri dan berjalan tetap menggunakan kursi roda atau alat bantu tapi bukan berarti mereka tidak latihan, selain itu ada latihan pernafasan, lengan, kaki, dan tungkai. Mengingat penerbangannya panjang dan lama, karena banyak kasus sumbatan di pembuluh darah kaki, atau bagi yang punya penyakit diabetes dan lain-lain badan bawahnya tidak peka akan tekanan, jadi bisa lecet," bebernya.

"Jadi kalau kesulitannya karena tidak paham instruksi, atau mereka yang sudah mengalami demensia, harus ada caretaker yang mencontohkan, atau kita bilang latihan assistive. Tapi kalau lansia itu masih punya daya tangkap yang baik, bisa diberikan video rekaman tentang latihan pernafasan yang bisa diikuti," tukas Siti.

Selain itu menurutnya, aktivitas shalat, melempar jumrah, termasuk aktivitas yang menggunakan badan atas dan itu juga harus dilatih.

"Pernafasan untuk melebarkan dada, mengangkat lengan, itu harus dilatih karena meskipun bukan karena ketahanan badan secara keseluruhan itu kita perlukan untuk ibadah," ungkapnya.

Ia juga menyarankan agar jemaah lain yang lebih muda atau pengawas haji untuk memperhatikan postur duduk para jamaah yang lansia agar pernafasan mereka tidak terganggu. (H-3)

BERITA TERKAIT