KEMENTERIAN Kesehatan meminta dinas kesehatan di daerah membina dan mengawasi produk pangan siap saji yang menggunakan nitrogen cair yang beredar di masyarakat. Makanan seperti es asap atau ciki ngebul yang dijual ke kalangan anak-anak akhir-akhir ini bisa membahayakan kesehatan.
Bahkan Kemenkes telah menerbitkan surat edaran (SE) sebagai respons terhadap kasus anak keracunan makanan jajanan ciki ngebul yang ditemukan di beberapa daerah. SE yang diteken Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (Dirjen) P2P Maxi Rein Rondonuwu pada 6 Januari 2023 juga menjelaskan bahwa es asap yang ada pada makanan yang menimbulkan permasalahan kesehatan itu berasal dari nitrogen cair atau liquid nitrogen, yaitu nitrogen yang berada dalam keadaan cair pada suhu yang sangat rendah. "Cairan ini jernih, tidak berwarna dan tidak berbau sehingga tidak mengubah rasa jika digunakan untuk makanan," tulis Kemenkes, dikutip Kamis (12/1)
Adanya kebahayaan penggunaan nitrogen cair untuk es asap atau makanan lain juga dikemukakan Direktur Pascasarjana Universitas YARSI/ Guru Besar FKUI Prof Tjandra Yoga Aditama bahwa terdapat berbagai dampak yang perlu diketahui terkait penggunaan nitrogen cair pada makanan yang menyebabkan keracunan pada anak-anak. Makanan yang menggunakan nitrogen cair secara langsung tidak aman karena dapat menyebabkan luka bakar jika dikonsumsi.
"Ada 5 hal tentang hal ini. Pertama, ada laporan bahwa penggunaan nitrogen cair dalam produksi makanan memang sudah lama dilakukan, bahkan ada laporan sejak tahun 1.800an, tetapi tentu bukan dalam bentuk yang langsung dijual ke konsumen seperti sekarang ini," kata Tjandra dalam keterangannya, Kamis (12/1).
Kedua, terdapat perbedaan penafsiran pada aman atau tidaknya makanan tersebut. Penggunaan nitrogen cair pada makanan memang dapat jadi berbahaya bila digunakan tidak sesuai aturannya, tetapi kalau digunakan dengan baik maka dapat tidak berbahaya.
Di sisi lain, badan resmi FDA (Food and Drug America) menyebutkan bahwa makanan yang dipersiapkan dengan nitrogen cair tidak baik untuk kesehatan, dan FDA juga sudah memberi lima rekomendasi untuk mengupayakan penggunaan nitrogen cair seaman mungkin, termasuk jenis nitrogen cairnya, cara penggunaan, penyimpanan, kemungkinan kontak serta penjelasan ke konsumen secara jelas.
Ketiga, kecelakaan paparan kontak langsung dengan nitrogen cair dapat menyebabkan luka bakar akibat gas yang dingin yang disebut frostbite atau radang dingin. Selain itu juga dapat terhirup atau tertelan secara tidak sengaja (accidental inhalation or ingestion) yang dapat menyebabkan gangguan saluran dan sistem pernapasan bahkan sampai asfiksia, dan juga perforasi (atau luka berlubang) pada saluran cerna, yang semuanya terjadi karena paparan yang amat dingin dari nitrogen cair.
"Kita ketahui bahwa suhu nya dapat lebih rendah dari minus 100 derajat Celsius. Keempat, jelas memang tidak aman kalau makanan yang diproses dengan nitrogen cair lalu langsung dikonsumsi begitu selesai dibuat," ujarnya.
Seharusnya, lanjut Tjandra, ada selang waktu dulu yang memungkinkan residu nitrogen cair itu menguap habis dulu, baru kemudian lebih aman dikonsumsi. Beberapa jenis makanan beku tertentu juga menggunakan nitrogen cair untuk memprosesnya, tetapi memang kemudian diproses sedemikian rupa sehingga nitrogen cairnya sudah menguap seluruhya dan baru kemudian dijual ke konsumen.
Terakhir, tentu perlu ada status yang jelas tentang situasi kesehatan masyarakat akibat kejadian yang sekarang ini, sesuai peraturan yang ada dan gradasi masalahnya.
"Juga akan baik dikaji secara mendalam antara Kementerian Kesehatan, Badan POM dan pihak terkait lainnya, bukan tidak mungkin juga unit pemerintah yang menangani UMKM di lapangan," tutur mantan Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara tersebut. (H-1)