27 December 2022, 16:02 WIB

BMKG Sebut Ada Potensi Cuaca Ekstrem Serupa 2020 di 2023


Atalya Puspa |

KEPALA Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati mengaku khawatir akan terjadi cuaca ekstrem di tahun baru 2023 yang serupa dengan tahun 2020.

"Dikhawatirkan dapat terjadi seperti itu. Kenapa? Karena saat itu tingginya intensitas hujan juga dipengaruhi oleh seruakan udara dingin yang ada di daratan Asia Tibet dan Monsun Asia yang semakin menguat," kata Dwikorta dalam konferensi pers yang diselenggarakan secara virtual, Selasa (27/12).

Namun, Dwikorita menyebut ada perbedaan fenomena atmosfer yang terjadi saat ini dan pada 2020. Ia menyebut, pada 2020 ada fenomena La Nina yang dapat meningkatkan curah hujan sampai dengan 70%. Fenomena itu muncul bersamaan dengan seruak udara dingin dan Monsun Asia sehingga dapat menciptakan cuaca ekstrem.

Saat itu, ucap dia, curah hujan tertinggi mencapai 377 milimeter kubik dalam waktu 24 jam. Angka itu sudah melebihi ambang batas curah hujan pada kategori ekstrem, yakni 150 milimeter kubik dalam waktu 24 jam.

Sementara itu, di tahun ini, fenomena La Nina levelnya lebih rendah. Namun, seruak udara dingin yang terjadi di tahun ini munculnya berbarengan dengan fenomena atmosfer lainnya di antaranya peningkatan aktivitas Monsun Asia, adanya arus lintas ekuatorial dan fenomena Madden Julian Oscillation (MJO).

Dwikorita mengungkapkan, meskipun belum bisa memastikan bahwa curah hujan di tahun baru 2023 akan sama seperti tahun 2020, namun potensi curah hujan ekstrem di atas 150 milimeter kubik dalam 24 jam besar terjadi.

"Sebelum (curah hujan) mencapai 100 milimeter kubik pun banjir sudah terjadi di mana-mana. Kondisi bencana ekstrem hidrometeroogi itu sudah terjadi sebelum mencapai 100 milimeter kubik. Bagaimana nanti kalau mencapai 150 milimeter kubik yang prediksi kami itu sangat mungkin terjadi. Jadi itu poinnya di sana. Jadi jangan hanya diwaspadai tapi disiagakan," tukas Dwikorita.

Baca juga: BMKG Bantah Prediksi BRIN Soal Badai Dahsyat Jabodetabek

Pada kesempatan itu, Deputi Bidang Klimatologi BMKG Guswanto mengungkapkan untuk mengantisipasi adanya cuaca ekstrem di masa Tahun Baru 2023, ada berbagai upaya yang perlu dilakukan. Pertama, pihaknya berharap masyarakat selau waspada.

"Karena cuaca ekstrem ini selalu ada di setiap puncak musim hujan dan musim hujan akan terjadi Desember, Januari, Februari. Sementara puncak musim hujan DKI ada di Januari, Februari kalau kita lihat beberapa tahun terakhir," ungkapnya.

Kedua, yang perlu diperhatikan juga ialah infrastruktur tata kelola air. Ia menyebut, jika infrastruktur tata kelola air lebih bagus, maka hujan dengan intensitas ekstrem pun bisa ditangani dan tertapampung sehingga tidak menimbulkan potensi banjir.

"Ada satu usaha yang kita harapkan, yaitu masyarakat harus lebih sadar terhadap cuaca dan iklim. Masyarakat harus mengenali lingkungan tempat tinggalnya dan mengupdate informasi cuaca seperti apa. Itulah langkah mitigasi yang perlu dilakukan," pungkas Guswanto. (OL-5)

BERITA TERKAIT