20 December 2022, 11:13 WIB

Media Indonesia Perkuat Kompetensi Wartawan


Cahya Mulyana |

ARUS informasi yang semakin deras dan tidak luput dari kandungan hoaks menuntut media massa memberikan pencerahan kepada masyarakat. Peran wartawan yang kompeten menjadi kuncinya. 

"Alhamdulillah Media Indonesia kini sudah dapat melaksanakan UKW (Uji Kompetensi Wartawan) secara mandiri. Ini menunjukkan bahwa Media Indonesia sudah terjamin independensinya," kata Direktur Pemberitaan/Penanggung Jawab Media Indonesia Ade Alawi saat memberikan sambutan pada Workshop Lembaga Uji Kompetensi Media Indonesia Angkatan II secara virtual bertajuk Pentingnya Uji Kompetensi Wartawan di Era Digital, Senin (19/12/2022)

Menurut dia, UKW merupakan sarana untuk memastikan para pekerja media menjalankan tugas-tugas sesuai dengan Kode Etik Jurnalistik. Lebih dari itu karya jurnalistik wartawan yang berkompeten akan dapat melindungi masyarakat dari dampak buruk hoaks. 

"Diharapkan kegiatan ini bisa berlangsung lancar sesuai arahan Dewan Pers," tegasnya. 

Pada kesempatan yang diikuti sekitar 32 peserta dari wartawan Media Indonesia, Lampung Post, Medcom.id, dan Metro TV itu diawali pemberian materi dari Redaktur Media Indonesia Eko Suprihatno soal penulisan feature bertajuk Menulis Feature Mudah dan Menyenangkan. 

"UKW ibarat SIM walaupun tidak terlalu saklek contoh ini. Semua orang bisa menyetir kendaraan tapi tanpa SIM mereka tidak bisa mengendarai di jalan raya. Semua jurnalis bisa meliput berita tapi mereka tetap harus tersertifikasi," paparnya. 

Eko mengatakan salah satu karya jurnalistik yang sangat efektif menyampaikan fakta adalah melalui feature atau karangan khas. Dengan karangan khas dapat menjelaskan berita dengan cara ringan, menarik, dan menarik emosi pembaca. 

"Dengan feature dapat membawa pembaca bergembira, sedih atau menyelami berita secara mendalam. Tentu feature harus berada dalam koridor jurnalistik seperti menyematkan aturan 5W+1H (yaitu what, who, when, why, where, dan how. Dalam bahasa Indonesia, pertanyaannya adalah apa, siapa, kapan, mengapa, di mana, dan bagaimana)," paparnya. 

Ia mengatakan feature tetap harus informatf walaupun menggunakan kalimat-kalimat sederhana dalam menggambarkan fakta. "Kalau semua berita hardnews, pembaca akan mudah bosan. Perlu feature, berita yang berkisah dan mampu membawa pembaca larut di dalam fakta," terang Eko. 

Keunggulan lain dari karangan khas, kata Eko, adalah tidak mudah basi. Mutu dari jenis karya jurnalistik ini akan terasa aktual meskipun usianya sudah lama dari waktu penerbitannya. 

"Namun feature juga harus diluncurkan oleh wartawan mengacu pada momentumnya. Contoh feature soal gempa di Cianjur, kurang aktual jika diterbitkan setahun setelahnya," kata dia. 

Wartawan, lanjut dia, memiliki sejumlah pilihan dalam penggunaan karangan khas. Terdapat beberapa macam feature seperti sejarah, human interest, dan lainnya. 

"Jenis ini paling tepat berisi soal fakta yang di dalamnya terdapat peran manusia. Kalau isinya menjelaskan informasi dan fakta hanya binatang itu kurang menarik," pungkasnya. 

Kegiatan Pra UKW ini juga menghadirkan sejumlah pembicara yakni Head of MGN Press Nunung S, Anggota Dewan Redaksi Media Group Abdul Kohar, dan Produser Metro TV Rahdini Ikaningrum. Nunung membawa materi tentang konvergensi sebuah keniscayaan, Kohar membahas tentang taat kode etik jurnalistik di era digital, dan Rahdini mengupas tentang pentingnya jurnalisme investigasi. 

Ajang tersebut berlangsung interaktif saat sesi tanya-jawab dibuka. (Cah/A-3)

BERITA TERKAIT