30 November 2022, 16:28 WIB

Sanofi Dukung Optimalisasi Edukasi dan Program Dukungan Pasien Diabetes


Mediaindonesia.com |

SANOFI ndonesia bekerja sama dengan Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (Perkeni) bekerja sama guna mengedukasi masyarakat tentang manfaat teknologi kesehatan guna memberi dukungan terhadap penyandang diabetes.

Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kementerian Kesehatan Dr Siti Nadia Tarmizi mengatakan, diabetes melitus (DM) semakin meningkat di Indonesia. Laporan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018, prevalensi DM meningkat menjadi 10,9%. 

International Diabetes Federation (IDF) memprediksikan akan ada peningkatan jumlah penderita diabetes di Indonesia dari 10,7 juta pada 2019 menjadi 13,7 juta di 2030.

"Upaya menurunkan prevalensi DM menjadi penting. Diagnosis dini dan tatalaksana komprehensif pada penderita diabetes akan menekan angka morbiditas dan mortalitas terhadap penyakit komorbid ataupun komplikasi diabetes," ujar Nadia, Rabu (30/11)

Adapun Ketua Pengurus Pusat Perkeni Prof. Dr. dr. Ketut Suastika mengatakan, Terdapat tiga jenis pencegahan diabetes melitus tipe 2 yaitu pencegahan primer, sekunder dan tersier. Pencegahan primer adalah upaya yang ditujukan pada kelompok yang memiliki faktor risiko, yakni mereka yang belum terkena. Namun, jelasnya, berpotensi untuk menderita DM tipe 2 dan intoleransi glukosa.

Menurutnya, upaya pencegahan dilakukan terutama melalui perubahan gaya hidup. Lalu, pencegahan sekunder berupa upaya mencegah atau menghambat timbulnya penyulit pada pasien yang telah terdiagnosis DM Tipe 2. 

Pencegahan sekunder dilakukan dengan mendeteksi dini adanya penyulit, melakukan penyuluhan, dan melakukan pemberian vaksinasi. 

"Kemudian, pencegahan tersier ditujukan pada kelompok pasien diabetes yang telah mengalami penyulit dalam upaya mencegah terjadinya kecacatan lebih lanjut serta meningkatkan kualitas hidup," paparnya.

Ketua Umum Persatuan Diabetes Indonesia (Persadia) Dr. dr. Sony Wibisono menilai, pemantauan Glukosa Darah Mandiri (PGDM) yang terstruktur. Menurutnya, alat ukur yang baik dapat memberikan informasi mengenai variabilitas kadar glukosa darah harian penyandang DM. 

"Pemantauan glukosa darah mandiri merupakan bagian dari Diabetes Self Management Education (DSME) atau Edukasi Pengelolaan Diabetes Mandiri (EPDM)," tandas Sony.

Ketua Perkumpulan Diabetes Edukator Indonesia (PEDI) Dr. dr. Aris Wibudi menekankan pentingnya peningkatan edukasi bagi lingkaran orang dengan diabetes. Ada lima pilar penatalaksanaan diabetes, antara lain edukasi, pola makan, latihan fisik, obat bila diperlukan, serta pemantauan glukosa darah mandiri. 

"Edukasi penting bagi para diabetisi karena dengan pemahaman yang baik mengenai penyakit yang dideritanya, maka para diabetisi ini akan dapat mengelola penyakit dengan baik juga, salah satunya menjaga kadar gula darah senormal mungkin," paparnya.

Selain itu, sambung Ketua Umum Asosiasi Healthtech Indonesia (AHI) Gregorius Bimantoro, transformasi digital pada bidang kesehatan mendorong berbagai kemungkinan untuk meningkatkan pelayanan kesehatan. 

Adapun Sanofi Indonesia Public Affairs & Market Access Head Naomi Juliandary menegaskan komitmen Sanofi untuk memberikan pelayanan penyeluruh dan optimal bagi penyandang diabetes di Indonesia. 

Hal ini dibuktikan dengan Sanofi meluncurkan Program Dukungan untuk Pasien Diabetes pada April 2021. Program dukungan ini bernama ntegrated Solution to Control Diabetes (Incontrol). Terbukti hingga kini, lebih dari 1.300 pasien diabetes telah bergabung bersama Incontrol. 

Menurutnya, program ini merupakan dukungan yang terintegrasi dalam mendukung peningkatan diabetes patients care dan membantu dokter dalam memberikan edukasi bagi penyandang diabetes.

"Program ini meliputi edukasi yang komprehensif, call center, alat bantu monitoring gula darah, alat bantu dukungan penatalaksanaan diabetes lainnya," tandas Naomi. (OL-8)

BERITA TERKAIT