25 November 2022, 16:04 WIB

Yayasan Ini Bantu Penderita Anxiety dan Gerd Untuk Sembuh Lewat Dukungan Komunitas


Mediaindonesia.com |

PENYAKIT gerd dan anxiety kini banyak dialami oleh kalangan usia produktif, bahkan tidak sedikit juga yang sudah terkena pada usia remaja. Penyakit ini biasanya di awali oleh timbulnya rasa tidak nyaman di badan, jantung berdebar, yang disertai oleh rasa khawatir yang berlebihan, yang datang secara tiba tiba tanpa suatu alasan yang jelas. 

Kesulitan ekonomi, pandemi covid-19, dan kebiasaan hidup masyarakat jaman now yang serba instan dan digital, memacu pertumbuhan penyakit Gerd & anxiety di indonesia. 

Tercatat menurut survey Global Health Data Exchange 2017 Indonesia jadi negara dengan jumlah pengidap gangguan jiwa tertinggi di Asia Tenggara. Gangguan kejiwaan yang paling tinggi yakni kecemasan (anxiety disorder) dengan jumlah pengidapnya lebih dari 8,4 juta jiwa.

Selain itu, gaya hidup dan kebiasaan makan yang buruk dan pola pikir stress juga memicu kenaikan jumlah pengidap penyakit dyspepsia atau GERD pada usia produktif yaitu usia 25-35 tahun..

Penderita gerd dan anxiety kerap sudah menghabiskan dananya hingga jutaan rupiah untuk berobat ke atau pengobatan tradisional, namun gejala tidak kunjung sembuh.

Gejala yang juga dikenal dengan istilah panik attack itu jelas membuat para penderitanya mulai merasa khawatir dengan keadaan tubuhnya, bahkan beberapa ada yang sampai cek EKG jantung, endoskopi lambung, cek kima darah, ataupun ronsen dada namun tidak ditemukan adanya suatu penyakit yg serius.

Menurut riset yang dilakukan oleh Erik Wibowo, pendiri dari Yayasan Anxiety Care indonesia, sebagian besar dari member mereka juga mengeluhkan gejala lambung yang menetap (seperti Gerd, maag , dyspepsia) sampai kepada keluhan ekstrim seperti rasa keliyengan mau pingsan yang tak kunjung sembuh walaupun sudah berobat ke dokter berbulan bulan lamanya. 

"Ketika gejalanya kambuh atau kumat, mereka sering memutuskan untuk langsung pergi ke IGD karena saking khawatir dengan kesehatannya," ujarnya dalam keterangan tertulis. 

Gejala lambung dan keliyengan tersebut justru diperburuk dengan adanya gangguan mental yaitu General Anxiety Disorder (GAD), yaitu keadaan jiwa dimana penderita sering mengalami rasa cemas yang berlebihan, secara akut, dengan frekuensi yang sering dan kerap membawa teror lain seperti rasa ketakutan meninggal dunia, takut terkena penyakit berat (hipokodria), takut pergi ketempat ramai (agoraphoba), takut makan (eating disorder) atau minum obat, bahkan banyak juga yang sampai takut keluar rumah sehingga sulit beraktivitas seperti biasa, bahkan sampai sulit untuk sekedar bersosialisasi dengan kerabat.

Dimulai dengan itikad baik, Erik Wibowo yang juga seorang penderita gerd dan anxiety sejak 2008, mengawali kegiatan sosialnya dengan membantu sesama penderita. Mulai dari menulis 3 buah buku (pada 2014) tentang cara sembuh dari gerd & anxiety, dan sejak 2018 dia memulai chanel youtube pribadi (YT : erikwibowo), yang kontennya berisi cara dirinya bisa sembuh dari penyakit serius tersebut.

Erik Wibowo sampai saat ini aktif sebagai narasumber diberbagai media, pembicara, pengajar dan motivator khusus untuk masalah gerd dan anxiety, dan aktif dalam menyebarkan info tentang betapa prihatin dan menyeramkannya penyakit ini.

Baca juga : Yayasan Nurani Dunia Terima Donasi untuk Fasilitas Belajar di Purwakarta

“Saya mulai dari menulis 3 buah buku, lalu membuat channel youtube khusus untuk para penderita gerd & anxiety. Lalu pada 2020 saya mulai mendirikan sebuah Yayasan Anxiety Care indonesia (ACI) sebagai wadah untuk menampung para penderita Gerd & anxiety di seluruh Indonesia. Moto kita adalah we survive together, Dimana disana kita bisa saling sharing, saling menguatkan, saling sembuh dan tumbuh bersama, agar bisa keluar dari penyakit ini dan hidup seperti orang normal pada umumnya," jelasnya. 

Yayasan Anxiety Care Indonesia (ACI) dibentuk 20 Februari 2020, kini #udah memiliki ribuan member yang tersebar di 14 regional di Indonesia. Mereka semua tergabung dalam grup regional yang saling menguatkan antar sesama member. 

Para member dalam Yayasan mengggunakan metode 4P untuk membantu kesembuhan mereka yang dikenal sebagai (menjaga pola makan, pola hidup, pola pikir & pola sifat) yang terbukti ampuh dalam membantu kesembuhan para penderita gerd & anxiety. 

"Metode itu mengikat para member di komunitas Yayasan agar fokus ke kesembuhan, tanpa adanya banyak postingan negatif tentang keluhan yang justru akan memperburuk keadaan mental member lain," imbuh Erik

Berbeda dengan metode kesembuhan lain, metode 4P justru fokus untuk menyembuhkan gejala fisiknya terlebih dahulu, tanpa menggunakan obat obatan. Hal ini berbeda dibanding metode psikologi dan psikiater yang fokus untuk menyembuhkan mental terlebih dahulu. 

Yayasan ACI yang didirikan oleh erik Wibowo Bersama 4 orang mantan penderita anxiety & gerd lainnya bertujuan untuk mengedukasi masyarakat akan bahayanya penyakit ini, fokus dalam membantu penyembuhan penderita, dan mengadakan riset agar menemuka formula yang pas untuk para penderita. 

Yayasan ACI diperkuat oleh komite dokter dan para ahli mental yang saat ini terdiri dari beberapa dokter dan psikiater, psikolog, ahli terapi dan hipnoterapi, membuat Yayasan ini terus mencari dan mempelajari cara membantu kesembuhan membernya dan juga para penderita anxiety disorder di seluruh Indonesia. 

Selain itu Yayasan ACI juga mempunyai beberapa mentor yang juga merupakan mantan penderita, yang terbukti mampu membantu para penderita lain untuk penyembuhan penyakitnya.

“Kebanyakan dari member kami setelah ikut ACI keadaannya sudah membaik, jadi selain saling menguatkan, kita juga sering mengadakan acara online ataupun offline dan juga membantu kegiatan kemanusiaan seperti membantu korban banjir, covid, jumat berkah, ataupun membantu korban semeru. Disitu member yang dulunya gak bisa keluar rumah kini turun kejalan membantu sesama manusia untuk program kemanusiaan. Ini sungguh suatu keajaiban. Semua kegiatan kami dokumentasikan dan kami upload di Instagram kami.” ujar erik wibowo.

Yayasan Anxiety Care Indonesia saat ini masih bergerak mandiri, mereka membuka donasi di kitabisa dan pada websitenya, namun amat sangat membutuhkan uluran tangan dari pemerintah, kerja sama dari Yayasan lain atau komunitas terkait, maupun sumbangan para donator, untuk bisa lebih aktif lagi dalam membantu Kesehatan mental masyarakat di Indonesia, terlebih lagi untuk menghadapi isu resesi ekonomi dan politik di tahun mendatang.

“Para member kita kebanyakan ada di rentang usia 25-35 tahun. Yang kedua terbanyak ada di usia 35-45 tahun. Member termuda kami berumur 16 tahun dan yang tertua yang saya ingat ada Wanita berumur sekita 60 tahun. Rata2 dari mereka mengalami sakit lambung yang tidak kunjung sembuh berbulan2 dan disertai oleh rasa cemas akut yang berlebihan mengenai takut terkena penyakit berat, takut berkegiatan diluar rumah, atau takut karena merasa dirinya sebentar lagi akan mati," pungkas Erik. (RO/OL-7) 

BERITA TERKAIT