SULTAN Mahmud Badaruddin II Palembang tak sekedar nama dan gelar Pahlawan asal Palembang. Namun, ada beragam peninggalan dari SMB II Palembang yang sampai saat ini masih lestari di tangan keturunan yang sah.
Salah satunya, dua naskah kuno yang belum lama ini dipamerkan dalam Festival Literasi se-Sumatra Selatan. Dua naskah kuno tersebut yakni Kitab Tanbih Al Masyi dan juga catatan harian cucu Sultan Mahmud Badaruddin II Raden Abdul Habib.
Kitab Tanbih Al Masyi ini, merupakan kitab yang berasal di abad ke 18 Sebelum Masehi. Dalam kitab ini bertuliskan huruf Arab. "Tulisannya Arab. Jadi biasanya di zaman Kesultanan itu, supaya ilmu yang diajarkan dapat turun temurun, maka ada salinan kitab suci, misalnya ada kitab dari Aceh, disalin lagi. Sehingga memperbanyak orang yang membacanya," ucap Sultan
Palembang Darussalam Sultan Mahmud Badaruddin (SMB) IV Jaya Wikrama, RM Fauwaz Diradja.
Diakuinya, Kitab Tanbih Al Masyi ini merupakan tulisan salinan dari ulama-ulama ahli kitab di zaman Kesultanan tersebut. "Zaman dulu belum ada percetakan. Jadi untuk menyebarkan ajaran agama Islam, para ulama ahli kitab pun membuat salinan tersebut," ucapnya.
Meski tak tertulis nama penulis dalam naskah kitab ini, namun Fauwaz menjelaskan bahwa ada tujuh bagian dalam kitab ini yang penulisnya berbeda. "Jadi 7 bagian kitab ini sudah digabung jadi satu. Masing-masing bagian kitab, tulisannya berbeda. Kitab ini diketahui memang ada hubungannya dengan Kesultanan Aceh," jelas dia.
Kemudian, naskah kuno catatan harian cucu Raden Abdul Habib, yang dibuat pada akhir abad ke 19 Sebelum Masehi. Catatan harian ini adalah tulisan tangan dari Raden Abdul Habib. Dalam catatan harian tersebut, terdiri dari tulisan Melayu namun berbahasa Indonesia.
"Selama perjalanan dan persinggahan Raden Abdul Habib di Palembang dan Ternate, ia tuangkan dalam catatan harian ini. Catatan harian ini adalah tulisan tangan dari Abdul Habib, dan sudah ada sejak abad ke 19. Raden Abdul Habib ini adalah cucu dari SMB II," jelasnya.
Selain perjalanan, Abdul Habib juga memperlihatkan cara perhitungan waktu. "Orang zaman dahulu punya perhitungan terhadap alam. Mereka bisa menghitung tanggalan dengan baik. Dan ini tertulis dalam catatan harian Raden Abdul Habib," ucapnya.
Selain itu juga berisi cara menunjukkan arah melalui rasi bintang. "Jadi dalam catatan harian ini, Raden Abdul Habib menuliskan cara menunjukkan arah dengan melihat langit, dan mengikuti rasi bintang," kata Fauwaz.
Demi menjaga kelestarian dan kondisi peninggalan SMB II dengan baik, Fauwaz dan keluarga merawatnya dengan baik. Tak hanya mengutamakan kondisi kelembaban ruangan, namun saat ini semua peninggalan SMB II sudah disusun dengan baik dalam kotak khusus yang diberi kapur barus dan silica gel.
"Memang cukup banyak peninggalan, seperti naskah dan buku serta Al Quran yang sudah dimakan rayap dan kondisinya hancur. Belajar dari itu, kami tak ingin lagi sampai terjadi kerusakan pada peninggalan SMB II, karenanya saat ini penyimpanan kami lakukan dengan baik," ucapnya.
Untuk memberikan pengetahuan dan informasi mengenai Kesultanan Palembang Darussalam itu, Fauwaz dan keluarga seringkali mengikuti pameran, termasuk festival literasi. (OL-13)
Baca Juga: Jalan dan Jembatan di Cianjur Selatan Banyak yang Rusak