KETUA Umum Yayasan Kanker Indonesia Prof Aru Wisaksono Sudoyo mengatakan gejala pada kanker paru kerap tidak nampak ketika penyakit berada di stadium awal.
"Gejala pada kanker paru sering kali tidak nampak pada stadium awal. Hal ini yang menyebabkan data saat ini menunjukkan 60% pasien kanker paru datang dalam stadium lanjut," kata Aru dalam webinar Pentingnya Diagnosa yang Tepat untuk Kanker Paru, Selasa (8/11).
Aru menjelaskan kanker paru memiliki gejala yang serupa dengan penyakit umum lainnya seperti TBC. Maka, penting bagi masyarakat untuk meningkatkan pengetahuan tentang faktor risiko, gejala, dan perawatan yang tersedia termasuk modalitas diagnosis kanker paru sehingga kanker paru dapat diobati dengan tepat.
Baca juga: Kemoterapi bukan Satu-satunya Pilihan Terapi untuk Kanker Paru
"Kanker paru adalah jenis kanker yang angka kejadiannya paling tinggi pada laki-laki di Indonesia dengan 95% kanker paru akibat lingkungan serta gaya hidup, dan kebiasaan merokok. Salam hal ini, Indonesia menempati posisi nomor satu dalam jumlah perokok laki-laki dewasa di dunia, serta polusi sekitar yang tinggi," kata Aru.
Kanker paru dibedakan untuk setiap pasien dari jenis sel dan perubahan sel abnormal. Pengujian biomarker akan menunjukkan mutasi spesifik pada sel kanker.
Pengujian biomarker penting karena dapat mendeteksi adanya penanda bilogis (biomarker) spesifik yang dapat membantu pemilihan terapi yang telah tersedia di Indonesia.
Berdasarkan data Globocan 2020, di Indonesia terlihat dua masalah kanker paru, yaitu jumlah kasus paru yang terus meningkat dan hanya dapat diatasi dengan melakukan pencegahan atau pengendalian faktor risiko kanker paru.
Masalah kedua adalah masih buruknya prognosisnya dibanding kanker lain, yaitu dengan pendeknya angka harapan hidup akibat sebagian besar penyakit ditemukan pada stadium lanjut. (Ant/OL-1)