Pertamina memiliki strategi khusus untuk sukseskan target pemerintah mencapai penurunan emisi gas rumah kaca menjadi 31,89% dengan upaya sendiri dan 43% dengan dukungan internasional pada 2030 mendatang.
Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati mengungkapkan Pertamina telah membuktikan bahwa mereka telah berkontribusi dalam penurunan emisi gas rumah kaca di Indonesia. Pertamina telah berhasil menurunkan 29% dari karbon emisi di 2022 jika dibandingkan dengan tahun 2010. Angka itu setara dengan 7,4 juta ton CO2 ekuivalen yang berhasil diturunkan.
"Strategi itu kita lanjutkan dan scoop 3 ini kita meningkatkan produk dari bioenergy. Kita sudah berhasil dengan B30 in pun menghasilkan karbon cukup besar dan kita belum hitung di 29% tadi," ucap Nicke saat ditemui di sela-sela acara Conference of The Parties (COP)-27 yang diselenggarakan di Sharm el-Sheikh, Mesir, Selasa (8/11).
Selain itu, mulai tahun ini selain biodisel, pihaknya akan meningkatkan ke produksi B40 untuk menurunkan karbon emisi dan menurunkan impor dari APBN. Selain itu ia akan menciptakan produk bioaftur, dengan mencampur bioenergy dan aftur. "Intinya adalah di scoop 3 ini bagaimana pertamin amenggunakan bahan bakar nabato yang dimiliki Indonesia untuk kita proses jadi bioenergy," imbuh dia.
Untuk mencapai aspirasi net zero, Pertamina juga telah mengembangkan startegi holistik yang disampaikan melalui dua pilar, yakni dekarobonisasai aktivitas binis dan pengembangan bisnis hijau. Dengan pencapaian yang diraih sampai 2021, Pertamina memiliki target ambisius hingga tahun 2060 mendatang.
"Indonesia punya sumber renewable energy yang sangat banyak. Tapi kuncinya di teknologi. Bagaimana kita memproses primary energy ini jadi energi yang mensupport ke ketahanan energi di Indonesia," ucap dia.
Selain itu, dari sisi financing pihaknya juga berharap agar ada kerja sama antara negara maju dan berkembang untuk menjawab tantangan yang ada. "Selain itu ada human capital. Karena itu yang paling penting. Kita ini kalau mengatakan transisi energi itu no one left behind khususnya adalah tenaga kerja. Baagimana tenaga kerja yang hari ini bekerja di sektor fuel ini, semua ekosistem pertamina bisa kita lakukan transfer teknologi, reskilling dengan berbagai cara dengan bekerja sama dengan global company lain untuk bisa kita gunakan," tambahnya.
Untuk jangka panjang, pertamina menargetkan agar bisa menurunkan 11 juta ton CO2 ekuivalen pada 2030. Sementara pada 2060 pihaknya target menurunkan 26 juta ton CO2 ekuivalen. "Transisi energi harus berjalan beriringan dengan menjaga ketahanan energi. Transisi energi bukan sebagai suatu ancaman, melainkan membentuk kesempatan masyarakat Indonesia agar lebih sejahtera," pungkas dia. (OL-12)