REKTOR Universitas Indonesia (UI) Prof. Ari Kuncoro mengukuhkan Wakil Menteri Kesehatan RI Prof. dr. Dante Saksono Harbuwono, Sp.PD-KEMD sebagai guru besar bidang ilmu penyakit dalam. Dante menjadi guru besar ke-15 yang dikukuhkan UI sepanjang tahun 2022.
Dalam orasi ilmiahnya berjudul 'Kedokteran Presisi sebagai Masa Depan Layanan Kedokteran di Indonesia: Fokus pada Diabetes Melitus dan Kelainan Tiroid', Dante menjelaskan adaptasi teknologi di dunia kedokteran. Seiring dengan perkembangan zaman dan teknologi, dunia kedokteran juga mengalami perkembangan yang membawanya memasuki era baru.
"Pada masa yang akan datang, kita akan memasuki era kedokteran presisi, dengan layanan kedokteran yang diberikan secara spesifik kepada masing-masing pasien berdasarkan karakteristiknya yang meliputi karakteristik gen, keluhan yang dialami pasien, kondisi atau penyakit penyerta, sifat dan kebiasaan, serta pengaruh lingkungan sekitar," ungkap Dante dalam keterangannya, Senin (24/10).
Pemberian layanan kedokteran dengan memerhatikan kombinasi berbagai karakteristik spesifik ini diharapkan menghasilkan layanan yang tepat dan optimal pada setiap pasien, baik pada tahapan pencegahan, diagnosis, dan terapi. Dante menyebutkan pelaksanaan kedokteran presisi ini dimungkinkan dengan perkembangan teknologi yang pesat, serta digitalisasi.
Perkembangan teknologi memungkinkan pemeriksaan gen dilakukan secara lebih rutin, yang merupakan bagian penting dari perkembangan ilmu kedokteran dan pelaksanaan kedokteran presisi. Era digitalisasi memungkinkan asimilasi data gen ini dengan data-data karakteristik pasien lainnya secara digital melalui rekam medis elektronik.
"Kombinasi data-data ini kemudian dipakai menjadi dasar pemilihan pengobatan spesifik pada masing-masing pasien. Pada bidang endokrinologi, kedokteran presisi diterapkan pada penyakit diabetes dan berbagai penyakit tiroid,” tuturnya.
Baca juga: Wamenkes Tinjau Posyandu Prima Surabaya
Saat ini, menurut Dante, sekitar 8,5% dari populasi Indonesia memiliki penyakit diabetes dengan tren yang terus meningkat, dan lebih dari 30% pasien tidak mencapai hasil pengobatan yang diharapkan. Penerapan kedokteran presisi pada penyakit diabetes dapat dilihat dengan dibuatnya pengelompokan pasien diabetes yang lebih detail menjadi berbagai subgrup berdasarkan kombinasi karakteristik gen dan klinis pasien.
"Dengan pengelompokan detail ini, pengobatan diberikan secara spesifik pada masing-masing kelompok. Selain itu, pemberian obat-obatan pada pasien diabetes diberikan secara lebih tepat sesuai dengan kecocokan masing-masing pasien terhadap obat tertentu. Dengan berbagai hal tersebut, hasil pengobatan diabetes diharapkan lebih optimal,” ucap Dante.
Ia mengatakan kedokteran presisi juga diterapkan pada berbagai penyakit tersering tiroid, di antaranya hipertiroid, hipotiroid, dan juga benjolan tiroid. Pemeriksaan gen dan berbagai pemeriksaan laboratorium canggih dilakukan untuk meneliti lebih dalam penyakit-penyakit tersebut.
Hasil pemeriksaan kemudian dikombinasikan dengan berbagai karakteristik pasien lainnya untuk menentukan arah pengobatan yang terbaik, contohnya menentukan perlunya pembedahan atau tidak pada benjolan tiroid.
Di akhir pidato, Dante menyampaikan Indonesia perlu mempersiapkan, melaksanakan, dan berkontribusi dalam penerapan era kedokteran presisi. Hal tersebut dapat diwujudkan salah satunya dengan penerapan pemeriksaan gen secara lebih luas, baik dalam ranah pengobatan maupun penelitian.
Perkembangan teknologi memungkinkan hal ini, dengan harga pemeriksaan gen yang semakin terjangkau. Data gen tersebut kemudian dikombinasikan dengan berbagai karakteristik pasien di Indonesia, agar kedokteran presisi dapat diterapkan pada populasi Indonesia.
"Penerapan kedokteran presisi akan memberikan layanan kedokteran yang efektif, tepat, dan hemat biaya pada setiap pasien," pungkasnya.(OL-5)