PEMBAHASAN asmaul husna atau nama-nama terbaik Allah SWT kini mengenai As-Syakur. Pemahaman lebih jelas tentang salah satu asmaul husna Asy-Syakur dapat disimak di bawah ini.
Makna Asy-Syakur
Imam al-Ghazali mengartikan salah satu asmaul husna Asy-Syakur sebagai Zat yang membalas ketaatan yang sedikit dengan derajat yang banyak serta membalas amal-amal di dunia yang terbatas dengan nikmat-nikmat di akhirat yang tidak terbatas.
كُلُوْا وَاشْرَبُوْا هَنِيْۤـًٔا ۢبِمَآ اَسْلَفْتُمْ فِى الْاَيَّامِ الْخَالِيَةِ
"Makan dan minumlah dengan nikmat karena amal yang telah kamu kerjakan pada hari-hari yang telah lalu."
Demikianlah firman Allah Swt. dalam Al-Qur’an surat Al-Haqqah ayat 24. Secara eksplisit, Allah SWT mengatakan bahwa amal-amal yang dikerjakan seseorang di dunia bisa menjadi wasilah (perantara) dirinya memperoleh nikmat-nikmat di akhirat.
Padahal, kalau coba dikalkulasikan, amal-amal manusia di dunia terbilang sangat sedikit untuk untuk dibalas nikmat-nikmat berlimpah di akhirat. Karena itulah Allah SWT punya salah satu nama terbaik atau asmaul husna yaitu Asy-Syakur.
Secara bahasa, Asy-Syakūr bisa bermakna seseorang yang berterima kasih. Berterima kasih bisa diarahkan pada dua bentuk tindakan. Pertama, berterima kasih dengan membalas suatu kebaikan dengan kebaikan yang berlipat-lipat. Kedua, memuji atas seseorang yang berbuat baik.
Perbedaan dengan makhluk
Sebagai Asy-Syakur, Allah SWT berterima kasih dengan dua tindakan tersebut. Namun, berterima kasih yang dilakukan Allah SWT tentu berbeda dari berterima kasih yang dilakukan makhluk.
Baca juga: Kebesaran Allah Al-Azhim Bersifat Mutlak tidak Dapat Dibandingkan
Allah SWT membalas ketaatan yang sedikit dengan derajat yang banyak serta membalas amal-amal pada hari yang terbatas di dunia dengan nikmat-nikmat yang tidak terbatas di akhirat. Inilah pembeda Allah SWT dari makhluk-Nya.
Makhluk bisa membalas kebaikan dengan berlipat-lipat, tetapi tetap saja balasan kebaikan itu bersifat terbatas. Padahal, balasan Allah SWT terhadap amal yang dikerjakan hamba-Nya bersifat tidak terbatas.
Berterima kasih dengan pujian yang dilakukan Allah SWT pun berbeda dari makhluk. Jika seorang manusia memuji orang lain atas perlakuan baik orang tersebut terhadapnya, Allah SWT berbeda. Pada hakikatnya, pujian Allah terhadap amal hamba-Nya ialah pujian Allah terhadap diri-Nya sendiri. Ini karena amal-amal yang dikerjakan setiap hamba sejatinya berasal dari-Nya. (OL-14)