28 September 2022, 18:58 WIB

Penyakit Gagal Ginjal Harus Ditangani Secara Komprehensif


M. Iqbal Al Machmudi |

Plt Dirjen Pelayanan Kesehatan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Murti Utami mengatakanpenyakit gagal ginjal menjadi salah satu fokus dari berbagai penyakit tidak menular yang memerlukan sebuah pendekatan secara komprehensif.

Pemerintah telah melakukan beberapa kebijakan dalam lingkup pencegahan maupun terapinya.

"Penyakit ginjal kronis merupakan sebuah masalah kesehatan global. Di mana prevalensi dan insiden dari gagal ginjal cenderung terus meningkat seiring dengan peningkatan jumlah penduduk dengan usia lanjut dan penyakit kronis diabetes melitus serta hipertensi," kata Murti dalam Webinar World Patient Safety Day, Rabu (28/9).

Jika dilihat dari beban biaya gagal ginjal ini termasuk dalam penyakit dengan biaya tinggi yang sangat berpotensi untuk menimbulkan beban bagi masyarakat. Jika biaya ini harus ditanggung sendiri oleh masyarakat maka kan sangat membebani.

Saat ini sudah ada program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) sehingga meringankan beban masyarakat.

Baca juga: Pasien Gagal Ginjal yang Berpuasa Harus Perhatikan Kecukupan Minum

Pada 2021 terdapat 126.818 penderita gagal ginjal dalam kondisi tahap akhir yang harus mendapatkan pelayanan hemodialisis secara rutin melalui program JKN. Apabila dilihat dari sisi biaya pelayanan hemodialisis tidak sedikit.

Penyakit ginjal ini yang sudah dijamin oleh program JKN ini telah mencapai hampir Rp1,7 triliun atau sekitar 2,20% dari total biaya pelayanan kesehatan tingkat lanjut.

"Selain jumlah biaya tersebut yang memang cenderung terus naik, prevalensi kenaikan gagal ginjal ini juga terus naik," ujarnya.

Saat ini Kementerian Kesehatan tengah menjalankan sebuah perbaikan sistem kesehatan melalui 6 pilar transformasi kesehatan di mana salah satu dari transformasinya adalah pembiayaan kesehatan juga ada peningkatan pelayanan kesehatan rujukan.

"Berkaitan dengan pembiayaan kesehatan ini tentu kita sedang menciptakan sebuah sistem pembiayaan kesehatan yang betul-betul kuat terintegrasi stabil dan terus berkesinambungan," pungkasnya.

Transformasi sistem kesehatan

Sementara itu, Ketua Umum Komunitas Pasien Cuci Darah Indonesia Tony Richard Samosir menilai penyakit gagal ginjal akan sangat terbantu dengan adanya transformasi sistem kesehatan di Indonesia.

Tony menilai dengan adanya transformasi sistem kesehatan akan baik pada pasien ginjal. Seperti transformasi layanan rujukan akan menjadi modalitas hemodialisis yang dapat diimplementasikan untuk pasien CAPD dan transplantasi ginjal.

"Kemudian transformasi pembiayaan kesehatan yang kita dorong dari 2014 karena harus ada sistem pembiayaan yang adil dan menghilangkan kesenjangan biaya dari masing-masing komponen yang dibutuhkan dalam penyakit ginjal kronik," kata Tony dalam Webinar World Patient Safety Day, Rabu (28/9).

Menurut Tony, karena adanya kesenjangan tarif maka akan ada kesenjangan pelayanan semakin berjarak. Sehingga diharapkan pelayanan bisa lebih baik dengan adanya transformasi sistem kesehatan.

Selanjutnya yakni adanya transformasi teknologi kesehatan ini bisa menjebatani akses ketersediaan informasi kesehatan ginjal untuk pelayanan dan keselamatan pasien.

"Sehingga informasi bisa tersampaikan kesehatan ginjal oleh masyarakat. Sehingga teknologi kesehatan bisa berkembang dan bermanfaat," ujar Tony.

Gejala klinis penyakit ginjal antara lain mudah lelah, mobilitas terbatas, nyeri, stres, mudah cemas, gangguan kognitif, sulit tidur, keram, kaki gelisah, dan gangguan pencernaan.

"Jadi bisa dikatakan penyakit ginjal ini merupakan penyakit borongan sehingga seluruh tubuh sakit dan kita bisa merasakan sepanjang hari," jelasnya.

Setiap pasien yang mengalami gagal ginjal pasti aktivitas sosialnya terganggu mulai dari aktivitas sosial, keuangan, gaya hidup, pekerjaan, dan sebagainya. Pola diet dari pasien atau makan juga harus dikontrol karena jika overload maka pasien bisa sesak nafas.

Terdapat 3 pilihan terapi pengganti pada gagal ginjal. Pertama hemodialis atau dengan ginjal buatan dengan menggunakan mesin hemodialisis di rumah sakit. Kedua yakni peritoneal dialisis di rumah dengan menggunakan peritoneum. Dan ketiga yakni transplantasi ginjal. (Iam/OL-09)

BERITA TERKAIT