18 September 2022, 23:55 WIB

Transformasi MAN 2 Kota Bogor, Berawal dari Sekolah Pendidikan Guru Agama


Zubaedah Hanum |

BERADA di pusat kota, Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 2 Kota Bogor memiliki sejarah cukup panjang. Madrasah yang berada di sisi jalan utama kota hujan sebelumnya merupakan lembaga pendidikan bernama Pendidikan Guru Agama (PGA), PGA ini menjadi cikal bakal madrasah yang masih memiliki bangunan tua sebagai tetirah PGA yang mencetak guru agama.

Sejak 1990, PGA tersebut bertransformasi menjadi Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Kota Bogor. Dalam kurun perjalanannya, madrasah tersebut selain melahirkan ribuan alumni yang berdiaspora di sejumlah bidang profesi, juga menorehkan sejumlah prestasi yang kemudian menjadi salah satu distingsi madrasah tersebut diminati masyarakat.

Wakil kepala Madrasah Bidang Kurikulum Baiti Suharti menjelaskan, selama tiga tahun terakhir MAN 2 Kota Bogor selalu masuk TOP 1.000 nilai UTBK Nasional berdasarkan nilai UTBK yang dirilis Lembaga Tes Masuk Perguruan Tinggi (LTMPT).

“Bersyukur, tahun 2022 ini, kami ranking 537 nasional, kalau di tingkat Kota Bogor menempati ranking 12,” kata Baiti, seperti dilansir dari laman resmi Kementerian Agama.

Menurutnya, jumlah siswa yang diterima  Perguruan Tinggi Negeri (PTN) seperti UI, ITB, IPB, UIN dan PTN lainnya setiap tahunnya meningkat baik melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN), Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN), dan jalur mandiri. “Setiap tahunnya, rata-rata 60–75% siswa MAN 2 Kota Bogor masuk PTN,” kata Baiti.

Baiti mengatakan, selain dapat mempertahankan posisi Top 1.000, dalam 3 tahun terakhir ini, MAN 2 Kota Bogor meraih sejumlah prestasi. Pada ajang Madrasah Young Researchers (MYRES) yang diselenggarakan Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama, prestasi yang diraih baru berhasil mencapai tahap final.

“Pada ajang lomba robotik, siswa MAN 2 Kota Bogor meraih juara 2 yang diselenggarakan salah satu universitas di Sukabumi,” kata Baiti.

Saat ini, lanjutnya,  ada salah satu siswa masuk tahap final pada ajang Astra Honda Motor Best Student 2022. Dikatakan Baiti, setiap tahunnya Astra mencari inovasi yang dikembangkan anak-anak muda tingkat siswa menengah atas.

“Alhamdulillah, salah satu siswa kita masuk tingkat nasional dengan karyanya menjadikan bonggol kelapa sawit  menjadi bahan semi konduktor. Temuan siswa ini menarik pihak Astra, dan mereka berkunjung ke MAN 2 untuk melakukan verifikasi karya siswa tersebut yang bernama Nafis Zayyan Humam, siswa kelas XI MIPA. Pengumuman hasil ajang ini akan disampaikan pada 24 September mendatang,” terangnya.

Konseptual
Peningkatan kualitas madrasah, menurut Baiti, dilakukan secara konseptual salah satunya melalui keberadaan tim Pengembang dan Penelitian Mutu Madrasah (P2MM) yang dibentuk madrasah. Tugas tim ini, terang Baiti, meneliti dan mengembangkan potensi madrasah.

“Bidang penelitian pada tim ini, mereka meneliti kebutuhan siswa itu itu apa, melakukan riset kepada siswa terkait program pembelajaran, juga meneliti minat atau pilihan perguruan tinggi siswa. Sehingga dari hasil penelitian itu dibuat program yang sesuai dengan kebutuhan siswa,” ujar Baiti.

Untuk mendorong kualitas pembelajaran dan prestasi siswa, MAN 2 Kota Bogor menyelenggarakan bimbingan belajar secara mandiri dan bekerjasama dengan lembaga bimbel untuk try out-nya.

“Untuk siswa berpestasi, kita memiliki program Bimbingan Prestasi Akademik (BPA)  sesuai bidang yang dipilih siswa. Selain itu, ada pogram klinik bagi peningkatan pembelajaran siswa, remedial teaching, dan lainnya,” katanya.

Karena torehan prestasinya, pada tahun 2021 Ditjen Pendidikan Islam menetapkan MAN 2 Kota Bogor sebagai madrasah akademik, riset dan teknologi. Ada 30 madrasah lain di Indonesia yang ditetapkan sebagai madrasah akademik, riset dan teknologi ini. Di Jawa Barat ada dua,  MAN 2 Kota Bogor dan MAN Bandung Barat.

“Pembelajaran riset sudah masuk sebagai kurikulum, setiap anak  wajib belajar riset,  kami ingin kelak ada peneliti-peneliti muda lahir dari madrasah ini. Mereka belajar riset sejak kelas 10,” harapnya.

Dengan program tersebut, kata Baiti, banyak siswa yang berminat melakukan penelitian dan mengikuti  lomba dan kompetisi. “Selain riset,  tahfiz Quran yang semula hanya kegiatan eskul, sekarang masuk kurikulum. Ada siswa yang diterima di PTN karena mampu menghafal quran 30 juz,” tandasnya.  (H-2)

BERITA TERKAIT