COVID-19 BA.5 menjadi subvarian yang paling banyak menyebar, tidak hanya di Amerika Serikat (AS), namun juga di berbagai negara lainnya, termasuk Indonesia.
Namun, ada gejala BA.5 yang membedakan varian itu dengan beberapa varian covid-19 sebelumnya. Hal itu diungkapkan The New York Times, dikutip Rabu (10/8).
Para ahli mengatakan, secara garis besar, subvarian BA.5 tidak memiliki banyak perbedaan dibandingkan dengan varian Omikron sebelumnya.
Baca juga: Cegah Covid-19 Meluas, Segera Jemput Bola Vaksinasi Kelompok Rentan
Pasien yang terinfeksi BA.5 biasanya mengalami gejala batuk, pilek, sakit pada tenggorokan (radang), nyeri sendi, sakit kepala, dan merasa kelelahan.
Namun, ada satu yang membedakan BA.5 dari varian lain yaitu jarang ditemukan pasien BA.5 yang mengalami anosmia atau kehilangan indera perasa dan penciuman.
"Pasien BA.5 juga jarang mengalami sesak napas, gelaja yang paling dirasakan pasien dengan varian Delta atau varian covid-19 lainnya," ujar dokter spesialis penyakit menular dari University of California, San Francisco Peter Chin-Hong.
Sementara itu, ahli penyakit paru dari Cleveland Clinic, Joseph Khabbaza, mengatakan pasien BA.5 cenderung mengalami gejala pada pernapasan bagian atas mulai dari pangkal tenggorokan hingga ujung hidung.
"Banyak pasien dengan BA.5 yang mengalami rasa sakit akibat penyumbatan sinus dan radang tenggorokan yang cukup parah," kata Khabbaza.
Kepala divisi penyakit infeksi pada anak di Hassenfeld Children's Hospital di NYU. Langone, Adam Ratner mengatakan belum ada bukti yang menyatakan bahwa subvarian BA.5 lebih parah daripada varian sebelumnya, Omikron.
"Namun BA.5 lebih cepat menular," tutup Ratner. (Ant/OL-1)