11 July 2022, 10:55 WIB

Mahasiswa NTT Dapat Tips Lulus Beasiswa LPDP


Ignas Kunda |

DALAM memberi dukungan atau bantuan langsung pada kelompok anak muda di Nusa Tenggara Timur (NTT) untuk meningkatkan motivasi dalam belajar, berkarya dan berinovasi demi kemajuan daerah, Yayasan Arnoldus Wea Dhega Nua (AW Foundation) dan Prodi Ners Universitas Citra Bangsa (UCB) Kupang menyelenggarakan diskusi bertajuk Sharing Beasiswa LPDP.

Menghadirkan narasumber tunggal Angela Muryanti Gatum, merupakan seorang dosen Prodi Ners UCB Kupang yang pada tahun 2019 lalu menjadi salah satu penerima beasiswa LPDP dan kini sedang menjalani studi Magister Keperawatan di King’s Collage, London, kampus tempat awal mula tokoh keperawatan dunia Florence Nightingale berkarya.

Petrus Kanisius Siga Tage, S.Kep.,Ns, M.Kep, perwakilan AW Foundation sekaligus sebagai penanggung jawab kegiatan, menjelaskan bahwa kegiatan sharing dan diksusi tersebut merupakan respons atas peluang beasiswa LPDP (Lembaga Pengelola Dana Pendidikan) yang sudah dibuka sejak 4 Juli hingga 5 Agustus 2022 mendatang.

"Kita sengaja hadirkan Ibu Angel malam ini agar kita bisa belajar bagaimana proses seleksinya berjalan. Ibu sedang menjalani studi Magister Keperawatan di King’s Collage, London. Harusnya itu kampus No 1, tapi berdasarkan QS Rangking dia nomor 2 di dunia untuk subjek keperawatan,” jelasnya.

Pada kesempatan itu, Angela Muryanti Gatum yang akrab disapa Angel mengutarakan motivasi utamanya mengejar beasiswa tersebut. Yakni tuntutan sebagi dosen wajib berpendidikan minimal S2.

Menurut Angel, keunggulan beasiswa LPDP itu bisa untuk melanjutkan pendidikan di dalam dan di luar negeri. Pilihan negara tujuan di luar negeri juga banyak, disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing pelamar. Secara umum, lanjut Angel, beasiswa LPDP tersebut terdiri atas 4 jenis, yaitu: General Scholarship, Targeted Scholarship, Affirmative Scholarship dan Collaborative scholarship. Sedangkan untuk tahap seleksinya melalui tiga tahap, yaitu seleksi administrasi, seleksi bakat skolastika dan seleksi substansi.

“Banyak pelamar yang gagal di tahap awal, seleksi administrasi. Jadi, wajib baca baik-baik panduanya, karena banyak yang gagal itu karena kurang paham dengan aturan atau ketentuan yang sudah ditulis dalam panduan,” pesannya.

Kepada peserta diskusi Angel mengungkapkan, sebelumnya ia juga pernah gagal mendapatkan beasiswa LPDP karena kurang persiapan. Sejak tahun 2018 ia mulai menetapkan niat mulai belajar serius dengan mengikuti berbagai kursus bahasa inggris, khususnya untuk persiapan tes IELTS (International English Language Testing System). Berkat persipan yang matang tersebut, akhirnya Angel lulus pada seleksi beasiswa LPDP tahun 2019 lalu.

“Saya tetap merasa gugup ketika pertama kali kuliah di Inggris. Hal itu terjadi karena perbedaan aksen yang membuat beberapa kata tidak dimengerti oleh lawan bicaranya. Tapi, hal itu tidak menyurutkan niat saya untuk terus berlatih dan berani berkomunikasi dengan siapa saja. Saya punya prinsip bahasa Inggris salah-paham, biar salah yang penting paham,” ungkapnya.

Angel juga menambahkan, penerima beasiswa afirmasi akan mendapatkan kesempatan khusus dari LPDP untuk meningkatkan kemampuan Bahasa Inggris sebelum berangkat ke negara atau kampus tunjuan. Karena itu, Angel meyakinkan peserta diskusi untuk tidak perlu terlalu khawatir soal bahasa Inggris.

Angel menjelaskan, riset kampus tujuan juga sangat penting dilakukan karena sangat berpengaruh dalam proses seleksi. Kemudian yang tidak kalah penting saat melamar beasiswa LPDP adalah menulis esai. Pelamar tidak perlu berpura-pura baik harus benar-benar menjadi diri sendiri.

“Upayakan jangan yang terlalu abstrak, misalnya mau menurunkan stunting di NTT. Apa yang dilakukan untuk menurunkan stunting tersebut? Bikin yang realistis saja,”tegasnya.

Selain itu menurut Angle setelah menulis esai yang sudah dibuat itu perlu didiskusikan dengan teman yang dianggap mampu atau berpengalaman. Cara itu sangat penting untuk memastikan apa yang sudah ditulis itu tidak keluar dari konteks pertanyaan. Selain logis, esai tersebut harus menarik untuk dibaca. Kemampuan menulis juga sangat penting ketika mulai kuliah, karena sebagian besar tugas dibuat dalam bentuk esai atau opini argumentatif.

“Tuntutan tugas penulisan opini di sana tidak bisa bersifat artifisial saja, tapi harus mengulasnya secara mendalam dan filosofis. Awal kuliah saya kewalahan kerja tugas, bagaimana tidak, tugas yang sudah yakin dikerjakan dengan baik, malah mendapat banyak komentar buruk dari dosen. “I don’t understand what you mean,” begitu salah satu komentar dosen yang diingatnya,” ungkap Angle. (OL-13)

Baca Juga: Media Group Investasi Pendidikan Lewat Beasiswa 

BERITA TERKAIT