01 July 2022, 18:37 WIB

Peningkatan Literasi Digital Hindari Bahaya Konten Pornografi Sejak Dini


Mediaindonesia.com |

KECANDUAN terhadap pornografi pada anak bisa menurunkan daya konsentrasi anak. Di tengah masifnya teknologi digital saat ini, akses terhadap pornografi melalui internet di gawai, baik telepon seluler atau di laptop, kian mudah. Dibutuhkan pengawasan dan bimbingan orang tua untuk mencegah anak terjebak pada candu pornografi.

Sebagai respons untuk menanggapi perkembangan teknologi informasi dan komunikasi (TIK), Kementerian Komunikasi dan Informatika bersama Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) Siberkreasi melakukan kolaborasi dan mencanangkan program Indonesia Makin Cakap Digital di Kalimantan, Rabu (29/6), secara daring. 

Program itu didasarkan pada empat pilar utama literasi digital yakni Kemampuan Digital, Etika Digital, Budaya Digital, dan Keamanan Digital. Melalui program ini, 50 juta masyarakat ditargetkan akan mendapat literasi digital pada 2024.

Senior Trainer dan Psikolog Klinis,Hellen Citra Dewi mengatakan, kecanduan pornografi menyebabkan banyaknya dopamin yang dikeluarkan oleh otak sehingga menurunkan konsentrasi, sulit mengambil keputusan, dan lain sebagainya. 

Anak yang mengalami adiksi terhadap pornografi memiliki ciri-ciri seperti tidak mau jauh dari gawainya, lebih suka menyendiri di kamar, serta sulit dan/atau tidak tertarik bersosialisasi. 

“Kita harus membatasi kegiatan atau interaksi yang dilakukan secara daring terutama bila sudah mengarah pada konten pornografi dan aktivitas seksual daring. Orangtua memiliki hak untuk mengecek gawai anaknya sehingga anak harus terbuka oleh orangtuanya dan jangan menutup-nutupi,” ujarnya.

Dosen Fikom Unisba, Peneliti, dan Pegiat Literasi Digital sekaligus Co-Founder JAPELIDI dan MAFINDO, Santi Indra Astuti menuturkan, kecanduan pornografi dapat berdampak pada seluruh lini dan menimbulkan korban, yakni orang yang dijadikan objek serta orang yang kecanduan pornografi. 

Kemudian, untuk mengatasi konten negatif pornografi, tindakan yang harus dilakukan di antaranya yaitu menganalisis konten negatif, tidak menyebarluaskannya, melaporkannya, dan memproduksi konten yang bermanfaat atau positif.

“Apabila sudah ada yang terjebak dalam hal ini (kejahatan pornografi), maka harus segera melapor ke orang terdekat, jangan diam saja dan menyimpannya sendiri. Predator yang mengancam anak kita di dunia digital ternyata begitu berbahayanya. Maka, keterbukaan kita dengan anak-anak kita memang harus betul-betul kita pelihara," ujar Santi.

Baca juga : Kemenperin Beri Beasiswa untuk Mahasiswa Politeknik Industri Petrokimia Banten

Pandu Digital Madya Indonesia Kemenkominfo Agus Andira menjelaskan, perbedaan jejak digital pasif dengan aktif lalu dilanjutkan dengan materi terkait dua sisi jejak digital, yakni penyalahgunaan jejak digital secara negatif serta terminologi data sebagai tambang baru bagi perusahaan untuk diperjualbelikan. 

Untuk melengkapi penuturannya, ia juga menyertakan contoh kasus terkait bahayanya jejak digital. 

“Hapus aplikasi yang tidak digunakan dan jangan mengikuti tren aplikasi yang sedang berlangsung. Artinya, jika kita menggunakan suatu platform, kita tahu nih menggunakannya untuk apa,” tuturnya. 

Pengguna internet di Indonesia pada 2021 mengalami peningkatan. We Are Social mencatat bahwa pengguna internet di Indonesia mencapai 202,6 juta pengguna, di mana 170 juta penggunanya menggunakan media sosial. Dapat dikatakan bahwa pengguna internet di Indonesia mencapai 61.8% dari total populasi Indonesia. 

Menurut Survei Literasi Digital di Indonesia pada tahun 2021, indeks atau skor literasi digital di Indonesia berada pada angka 3,49 dari skala 1-5. Skor tersebut menunjukkan bahwa tingkat literasi digital di Indonesia masih berada dalam kategori "sedang.”

Dengan hadirnya program Gerakan Nasional Literasi Digital oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika diharapkan dapat mendorong masyarakat menggunakan internet secara cerdas, positif, kreatif, dan produktif. 

Kegiatan itu ditujukan bagi para komunitas di wilayah Kalimantan dan sekitarnya yang tidak hanya bertujuan untuk menciptakan Komunitas Cerdas, tetapi juga membantu mempersiapkan sumber daya manusia yang lebih unggul dalam memanfaatkan internet secara positif, kritis, dan kreatif di era industri 4.0. 

Kementerian Komunikasi dan Informatika RI bersama GNLD Siberkreasi juga terus menjalankan program Indonesia Makin Cakap Digital melalui kegiatan-kegiatan literasi digital yang disesuaikan pada kebutuhan masyarakat. Untuk mengikuti kegiatan yang ada, masyarakat dapat mengakses info.literasidigital.id atau media sosial @Kemenkominfo dan @Siberkreasi. (RO/OL-7)

BERITA TERKAIT