REAKSI asam–basa merupakan reaksi kimia yang melibatkan pereaksi asam dan basa. Hal tersebut dapat digunakan dalam menentukan pH.
Menurut Lewis, asam adalah zat yang menerima pasangan elektron. Sedangkan basa adalah zat yang menyumbangkan atau mendonasikan pasangan elektron. Transpor elektron tersebut membuat asam dan basa bereaksi, sehingga menghasilkan ikatan kovalen koordinat.
Teori Lewis memiliki kelebihan sebagai berikut:
1. Memiliki persamaan dengan teori Bronsted dan Lowry, yaitu dapat menjelaskan sifat asam basa dalam pelarut lain maupun tidak punya pelarut.
2. Teori asam basa Lewis mampu menjelaskan sifat asam basa molekul atau ion yang punya pasangan elektron bebas atau yang dapat menerima pasangan elektron bebas, semisal pada pembentukan senyawa kompleks.
3. Menjelaskan sifat basa dari zat-zat organik seperti DNA dan RNA yang mengandung atom nitrogen dan memiliki pasangan elektron bebas.
Menurut Arrhenius, dalam penelitiannya, ketika asam yang merupakan suatu zat kemudian dimasukkan ke air akan menghasilkan suatu ion hydronium atau H+. Asam itu juga disebut dengan kovalen polar yang bisa larut ketika dicampurkan dengan air.
Teori Arrhenius memiliki kelebihan yaitu menyempurnakan teori sebelumnya yaitu teori asam hidrogen Liebig bahwa tidak hanya asam yang mengandung hidrogen tetapi basa juga memiliki hidrogen.
Baca juga: Integrasi Nasional Menurut Ahli dan Contoh
Menurut Bronsted-Lowry, asam sebagai donor proton (ion hidrogen) dan basa sebagai akseptor proton (ion hidrogen). Teori ini dapat menjelaskan reaksi asam-basa dalam pelarut lain yang tidak menggunakan air sebagai pelarut dan pada fase gas.
Teori Bronsted-Lowry memiliki kelebihan yaitu dapat mengidentifikasikan reaksi asam-basa dalam berbagai fase baik fase padat, cair, gas, dan larutan dalam pelarut selain air. Selain itu, ia dapat menjelaskan kation dan anion yang bertindak sebagai asam atau basa. (OL-14)