20 May 2022, 09:38 WIB

Dokumen Bali Package untuk Isu Konektivitas dan Pemulihan Pasca-Covid-19 Dirumuskan


mediaindonesia.com |

SIDANG Kedua Digital Eco­nomy Working Group (DEWG) G-20 pada 17-19 Mei 2022 di Yogyakarta telah berlangsung dengan sukses dan lancar. Acara yang dihadiri sebanyak 15 delegasi negara G-20 itu menghasilkan Dokumen Bali Package untuk isu konektivitas dan pemulihan pascacovid-19.

Dokumen itu merupakan hasil diskusi lanjutan dari Pre-Meeting Workshop dan Pertemuan DEWG Pertama pada Maret 2022 lalu. Dalam dua pertemuan itu, delegasi telah berdiskusi dan bertukar informasi mengenai tiga isu prioritas untuk mewujudkan percepatan transformasi digital global. Antara lain konektivitas dan pemulihan pasca-covid-19, keterampilan digital dan literasi digital, serta data free flow with trust (DFFT) dan cross-border data flow (CBDF).

Menteri Komunikasi dan Informatika Johnny G Plate menjelaskan, Dokumen Bali Package nantinya mencerminkan komitmen G-20 dalam mencapai pemulihan yang tangguh melalui kerja sama untuk transformasi digital yang inklusif, berdaya, dan berkelanjutan.

“Untuk memulai penyusunan dokumen Bali Package, pembahasan pada Pertemuan DEWG kedua kali ini difokuskan pada isu prioritas pertama, yakni konektivitas dan pemulihan pascapandemi,” ujar Johnny dalam konferensi pers di Yogyakarta, Rabu (18/5).

Menkominfo menjelaskan ada lima subtopik pembahasan dalam isu konektivitas dan pemulihan pascapandemi. Antara lain People-centered Digital Connectivity, Digital Security as Key Enabler to Support Business Continuity, G-20 Digital Innovation Network, Digital Transformation Expo, dan ITU’s Smart Village and Smart Island Initiative.

Mengenai People-centered Digital Connectivity, Menteri Johnny menjelaskan konektivitas digital menjadi perhatian penting delegasi. Dalam pertemuan DEWG. Kedua, pembahasan mengenai pemulihan ekonomi pasca-covid-19 sangat didukung melalui pemanfaatan konektivitas digital dalam memecahkan berbagai persoalan masyarakat.

Dalam subtopik Digital Security as Key Enabler to Support Business Continuity, Menkominfo menyatakan intensifikasi konektivitas digital secara tidak langsung juga memunculkan tantangan lain. Tantangan itu berupa kemunculan berbagai risiko keamanan digital yang mengancam keselamatan daring pengguna internet, khususnya bagi para pelaku ekonomi yang semakin terdigitalisasi.

Pertemuan DEWG kedua juga menyepakati G-20 Digital Innovation Network sebagai kelanjutan dari G-20 Innovation League pada Presidensi G-20 Italia tahun lalu. “Jeja­ring ini yang mewadahi dan mendukung kerja sama dari para pelaku inovasi digital di seluruh dunia, seperti startup, venture capital, korporasi, dan para pemerintah,” ungkap Menteri Johnny.

Menurut Menkominfo, Dele­gasi DEWG menyambut perhelatan Digital Transformation Expo. Johnny menyatakan pameran itu akan menampilkan capaian-capaian negara anggota G-20 berkaitan dengan perihal kebijakan, strategi, dan inovasi transformasi digital.

Mengenai subtopik kelima, Menkominfo menjelaskan berkaitan dengan ITU’s Smart Village and Smart Island Initiative. Tidak kalah penting, katanya, pertemuan DEWG kedua mendukung gagasan dari ITU perihal desa pintar dan pulau pintar, atau Smart Village and Smart Island Initiative.

“Terdapat pemahaman yang saling melengkapi dari seluruh delegasi anggota G-20, beserta para Know­ledge Partners kami, dalam menyepakati lima sub-topik tersebut,” ungkap Johnny.

Menurut Menteri Johnny, substansi diskusi pada pertemuan kali ini akan mendasari agenda pembahasan pada pertemuan selanjutnya, pertemuan DEWG ketiga, di Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur, pada 20 hingga 21 Juli 2022.

Menkominfo juga menghadiri Grand Launching of the National Digital Talent Program 2022 di Hotel Marriott Yogyakarta, Selasa (17/5). Badan Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Kemenkominfo melaksanakan program Digital Talent Scholarship (DTS) dan Digital Leader Academy (DLA) untuk memenuhi kebutuhan talenta digital andal.

“Program ini akan mengjangkau 200 ribu milenial dengan kurikulum untuk mencapai kecerdasan digital tingkat menengah atau intermediate digital skills yang dilakukan di tujuh akademi,” ujarnya.

Adapun tujuh akademi tersebut antara lain Fresh Graduate Academy, Digital Entrepreneurship Academy, Talent Scouting Academy, Government Transformation Academy, Temathic Academy, Professional Academy, dan Vocational School Graduate Academy. “Dan ditambah satu Digital Leadership Academy yang nanti akan menjangkau 550 peserta untuk pengambil kebijakan digital, yang terdiri atas unsur-unsur pejabat pemerintah dan pimpinan-pimpinan sektor privat,” jelas Johnny.

Ia berharap program DTS akan mendorong terciptanya talenta digital Indonesia yang secara merata. Sebab, katanya, Indonesia saat ini membutuhkan sekitar 600 ribu intermediate digital skills.

Pemulihan
Di samping itu, Presidensi G-20 Indonesia mengusulkan penyusunan toolkit atau perangkat untuk mengukur keterampilan dan literasi digital dalam Forum Digital Economy Working Group 2022.

Menurut Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Kemenkominfo Hary Budiarto, keberadaan toolkit ini sejalan dengan tema DEWG untuk mencapai pemulihan yang tangguh.

“Tujuan toolkit ini sesuai dengan tema bekerja sama untuk transformasi digital yang lebih inklusif, memberdayakan, dan berkelanjutan,” ujarnya saat memberikan pengantar dalam Lokakarya Perangkat untuk Mengukur Keterampilan Digital dan Literasi Digital di Yogyakarta, kemarin.

Menurut Hary, di era digitali­sasi dan kemajuan teknologi yang pesat, keterampilan dan literasi digital menjadi elemen kunci agar bisa mengoptimalkan manfaat ekonomi digital bagi semua. Karena itu, pengukuran dalam bentuk indikator diperlukan setiap negara.

“Pengukuran juga penting untuk memberikan seperangkat indikator untuk mengeva­luasi, dan melacak keterampilan digital dan tingkat literasi negara,” tandasnya. (Ifa/S2-25)
 

BERITA TERKAIT