SAINS dan penelitian di mata masyarakat umum identik dengan laboratorium yang membosankan, kaku, dan tidak menarik. Sehingga kegiatan meneliti menjadi kurangdiminati oleh masyarakat.
Pada kenyataannya, penelitian dan sains tidak bisa dipisahkan dari kehidupan sehari-hari manusia, dan tidak selalu membosankan.
Meneliti dan mempelajari hal-hal yang scientific untuk menjawab hal-hal yang unik di kehidupan sehari-hari bisa dilakukan dengan cara-cara yang menyenangkan dan seru.
“Menanamkan jiwa peneliti yang kritis, logis, sistematis, dan kreatif pada generasi muda Indonesia dapat membawa Indonesia menjadi negara yang maju,” ujar Rektor Swiss German University (SGU), Filiana, pada acara Grand Final Indonesian Fun Science Award (IFSA) 4.0 yang diselenggarakan SGU secara daring, Sabtu (23/4).
Baca juga: Studi Terbaru Tawarkan Senyawa sebagai Obat Demam Berdarah
Lebih lanjut Filiana menjelaskan, menanamkan karakter peneliti pada generasi muda juga merupakan cara paling ampuh untuk melindungi negeri ini dari dampak negatif perkembangan teknologi komunikasi, seperti penyebaran hoaks.
Jiwa peneliti yang kritis membuat generasi muda tidak mudah terhasut dan percaya pada hoax.
"Jiwa peneliti yang logis dan sistematis membuat generasi muda mampu dan mau untuk menganalisis secara cermat setiap informasi yang didapatkan," jelasnya.
“Jiwa peneliti yang kreatif akan mendorong generasi muda untuk bisa memanfaatkan segala informasi yang didapat menjadi hal-hal yang positif dan bermanfaat,” imbuh Filiana.
Demi mewujudkan hal tersebut, Swiss German University (SGU) berinisiatif menyelenggarakan sebuah rangkaian kegiatan yang dinamakan Indonesian Fun Science Award (IFSA).
IFSA adalah sebuah kompetisi bagi anak-anak SMA seluruh Indonesia untuk menunjukkan kepada generasi muda dan masyarakat tentang betapa seru dan menyenangkannya melakukan penelitian
IFSA juga mengedukasi bahwa penelitian bisa dilakukan terhadap hal apa pun, kapan pun, dan di mana pun.
Pandemi Covid-19 yang terjadi saat ini tidak menghentikan niat mulia untuk mengampanyekan penelitian yang menyenangkan bagi generasi muda.
Tahun ini, Swiss German University (SGU) kembali mengadakan Indonesian Fun Science Award (IFSA) yang ke-4, yang dikombinasikan dengan beberapa workshop.
Walaupun berlangsung secara virtual, IFSA tetap berhasil menarik perhatian media yang sangat luas di tingkat nasional.
Tahun ini, lima judul terbaik telah terpilih ke babak grand final yaitu, Lemari Penuh Tapi Ngaku Ga Punya Baju (SMA Negeri 6 Yogyakarta), Wanita dan Kutukan Peta Digital (SMA PGRI 2 Kayen), Relevansi Kepedasan Cabai Terhadap Kecepatan Makan (SMAN 1 Karanganyar), Apakah Semut Memiliki Keinginan Bunuh Diri? (SMA Unggulan CT Arsa Foundation Sukoharjo), dan Niat Mau Gaya, Ternyata Ketemu Orang Pake Baju Samaan. Malu Gak? (SMA Trensains Muhammadiyah Sragen)
Setelah melalui proses penjurian, penelitian berjudul Lemari Penuh Tapi Ngaku Ga Punya Baju yang dibawakan siswa SMA Negeri 6 Yogyakarta berhasil menjadi juara kompetisi tersebut.
Sebelumnya, IFSA 1.0, IFSA 2.0 dan IFSA 3.0 juga berhasil memancing para siswa SMA dari berbagai provinsi di Indonesia untuk mengembangkan kreativitas mereka serta mengasah kemampuan mengolah data, menulis laporan scientific dan berpikir logis.
Secara keseluruhan, penelitian-penelitian para peserta IFSA telah dipublikasikan secara ilmiah di Indonesian Fun Science Journal, yang dapat diunduh pada laman https://proceedings.sgu.ac.id/ifsj/index.php/ifsj. (RO/OL-09)