04 December 2021, 21:01 WIB

Layanan Satu Pintu untuk Pasien Long Covid-19 Diwacanakan


Mediaindonesia.com |

PANDEMI covid-19 di seluruh penjuru dunia termasuk Indonesia sejak awal 2020 membawa dampak bagi seluruh sektor kehidupan dan banyak yang terinfeksi virus itu. Dari sekian banyak yang terinfeksi, ada yang mampu bertahan dan ada pula yang tidak dapat melewatinya. Mereka yang bertahan kita kenal dengan istilah penyintas covid-19. 

Meskipun sudah dinyatakan sembuh, ternyata hampir 20% penyintas covid-19 masih mengalami masalah kesehatan seperti batuk, sesak napas, gangguan penciuman atau pengecapan, sakit kepala, nyeri pada tubuh, diare, mual, kelelahan, nyeri perut, gejala gangguan saraf, bahkan ada pula yang mengalami efek psikis. Penyintas tersebut mengalami fenomena yang dikenal sebagai long covid karena gejala dapat bertahan atau muncul kembali berminggu-minggu hingga berbulan-bulan setelah dinyatakan sembuh atau swab PCR negatif.

Koordinator Layanan 24 Jam Puskesmas Setiabudi Jakarta dr Reynaldi Fattah Zakaria mengungkapkan bahwa selama pandemi, pihaknya aktif melakukan upaya promotif, preventif, dan kuratif bagi penderita covid-19. Upaya tersebut dilakukan baik secara tatap muka maupun melalui telemedicine. "Namun, untuk penyintas covid-19, belum ada suatu arahan jelas dalam pelayanannya," ujarnya dalam Seminar Online Seri 46 berjudul One-Stop Service untuk Penyintas Covid-19 yang digelar Mahasiswa Pascasarjana Program Studi Kajian Administrasi Rumah Sakit Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. 

Karenanya, saat ini penanganan pasien penyintas covid-19 hanya terbatas menangani gejalanya, padahal perlu dilakukan tindakan preventif dan tidak hanya kuratif untuk mengantisipasi penyakit kronis. Harapannya selaku dokter di garda terdepan, para penyintas yang mengalami gejala long covid-19 dapat menerima pelayanan holistik, longitudinal dalam perawatan primer, layanan rehabilitasi multidisiplin, serta terbentuknya suatu regulasi yang jelas.

Pengalaman Juno Simorangkir, seorang founder komunitas Covid Survivor Indonesia (CSI), yang dalam kesempatan ini menyampaikan bahwa para penyintas dengan gejala covid-19 masih sering kali merasakan hal tersebut walaupun sudah lebih dari 20 bulan dinyatakan sembuh. Masalah penyintas covid-19 pun tidak hanya seputar kesehatan tetapi juga ada dampak sosial dan ekonomi. Ada juga masalah diskriminasi baik antara sesama penyintas covid-19 maupun dari keluarga.  

Hal itu menjadi perhatian bagi fasilitator pelayanan kesehatan karena bukan tidak mungkin kualitas hidup para penyintas tersebut akan menurun dan tidak menutup kemungkinan juga dapat terjadi perburukan kembali. Oleh karena itu, Juno memberikan gagasan agar tercipta pelayanan kesehatan yang baik untuk penyintas covid-19 perlu dilakukan upaya 3R. Pertama, recognition atau memberikan validasi terhadap keluhan yang dialami oleh penyintas dan tidak bersikap skeptis. Kedua rehabilitation atau menyediakan jaminan pelayanan kesehatan terpadu gratis dengan alur yang jelas dan berpihak pada pasien termasuk patient registry yang baik. Ketiga research yaitu mengadakan penelitian/studi komprehensif terhadap mereka yang pernah terkena covid-19 di Indonesia.

Direktur Jaminan Pelayanan Kesehatan BPJS Kesehatan dr Lily Kresnowati MKes (Epid) menyampaikan bahwa sampai dengan saat ini berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan (KMK) Nomor 5673 Tahun 2021, pelayanan covid-19 tidak dijamin oleh JKN BPJS tetapu dijamin oleh negara dalam hal ini Kementerian Kesehatan. Apabila pasien sudah dinyatakan sembuh dan kondisi sudah tidak memenuhi kriteria KMK 5673/2021, pembiayaan tidak ditanggung lagi oleh Kementerian Kesehatan melainkan oleh JKN BPJS. Hanya kendalanya ialah sampai saat ini di Indonesia belum ada pedoman pelayanan bagi pasien long covid-19 sehingga perlu dibentuk suatu pedoman agar pelayanan kesehatan bagi mereka dapat dilakukan secara maksimal.

Dalam seminar ini didiskusikan pelayanan one-stop service sehingga pasien long covid-19 mendapatkan semua jenis layanan dari satu pintu yang merupakan salah satu solusi bagi penyintas. Prof dr Menaldi Rasmin SpP(K) FCCP, salah satu pembicara yang merupakan dokter ahli paru di RSUP Persahabatan, memberikan gagasan dan inisiasi bahwa untuk penanganan long covid-19 atau juga dikenal dengan sindrom pascacovid-19 perlu digalakkan sentra layanan pemulihan yang dapat dimulai dari FKTP (Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama). Diharapkan sentra layanan tersebut dapat melayani para penyintas covid-19 untuk dilakukan skrining mengenai keluhan atau gejala sisa yang masih ada, baik keluhan secara fisik maupun psikis. Ia juga menyampaikan perlu kolaborasi pelayanan dari psikolog bersama dokter di pelayanan primer.

Inisiasi itu pun direspons baik oleh Direktur Jenderal Pelayanan Kesehatan Kementerian Kesehatan Prof dr Abdul Kadir PhD SpTHT-KL(K) MARS. Ia menyampaikan kepada seluruh para pakar ahli kesehatan di Indonesia termasuk tim Prof. Menaldi untuk menyiapkan konsep maupun skema mengenai pedoman serta alur pelayanan pasien long covid-19 dan penyediaan sentra pemulihan covid-19 di fasilitas kesehatan. Artinya, pemerintah telah siap mendukung upaya untuk kesehatan para penyintas covid-19. 

Seminar itu diharapkan mendorong pembentukan sentra pemulihan kesehatan bagi penyintas covid-19 di fasilitas pelayanan kesehatan, terutama di FKTP. Harapan ini juga direspons dengan baik oleh pihak BPJS Kesehatan yang tentu akan mendukung kebijakan ini. 

Baca juga: Omicron Meluas, Kemenhub Perketat Pintu Masuk Udara

Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI) juga mendukung baik upaya dalam meningkatkan derajat kesehatan bagi penyintas covid-19. Guru Besar Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia Prof Dr dr Adik Wibowo MPH dalam sambutannya menyampaikan bahwa FKM UI juga telah melakukan upaya kesehatan masyarakat untuk penyintas covid-19 dimulai dari tahap pertama yaitu survei dan penelitian kualitatif untuk mengetahui infografis penyintas covid-19. Tahap kedua yaitu seminar online yang dijadikan sebagai media diskusi bagi para perwakilan dari stakeholders untuk pelayanan long covid-19. Tahap ketiga, akan dikaji dari hasil seminar untuk bahan penelitian yang selanjutnya menjadi proposal untuk membuat suatu strategi, sehingga dapat memberikan solusi serta terwujudnya pelayanan bagi para penyintas covid-19. (RO/OL-14)

BERITA TERKAIT