17 November 2021, 16:30 WIB

Ini Profil 4 Penerima Penghargaan Habibie Prize 2021


M Iqbal Al Machmudi |

EMPAT ilmuwan Indonesia mendapatkan penghargaan Habibie Prize Periode 2021 karena kontribusinya pada ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek). Seperti apa sosok mereka?

1. Bidang Ilmu Dasar
Peraih Habibie Prize 2021 di bidang Ilmu Dasar adalah Prof Dr Muhammad Hanafi, peneliti di pusat riset kimia Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN).

Hanafi telah memperoleh 40 paten, 55 prosiding internasional, dan mengeluarkan 112 jurnal internasional dan 46 jurnal nasional. Saat ini Profesor Hanafi sedang melakukan penelitian dalam penemuan senyawa aktif anti virus hepatitis B dari tanaman Indonesia dan dirinya berkomitmen akan menghasilkan obat baru herbal Indonesia.

Hanafi mengucap syukur atas penghargaan yang diberikan melalui Habibie Prize 2021 ini. Ia berharap ke depan bisa berkarya lebih maju lagi khususnya menghasilkan tulisan yang lebih prospek dan perlunya kerja sama koordinasi dari beberapa bidang untuk menghasilkan obat baru dari tanaman Indonesia.

2. Bidang Ilmu Kedokteran dan Bioteknologi
Adalah Prof dr Nicolaas C Budhiparama PhD, SpOT (K), FICS, seorang dokter spesialis ortopedi yang dinobatkan sebagai penerima penghargaan untuk bidang ilmu kedokteran dan bioteknologi. Alasannya karena Prof Nico --demikian ia biasa disapa-- telah memperkenalkan berbagai teknik operasi terkini di bidang ortopedi, salah satunya operasi berbasis navigasi komputer.

Hampir tiga dekade, Prof Nico mendedikasikan hidupnya di bidang kedokteran. Setelah lulus sebagai dokter umum di Universitas Sumatra Utara (USU), ia melanjutkan studinya ke spesialis orthopedi di Universitas Leiden Medical School dan lulus sebagai lulusan termuda pada 1993.

Tahun-tahun berikutnya, ia mendapat fellowship di sejumlah pusat pendidikan orthopedi terkemuka dunia seperti Lenox Hill Hospital di New York, AS; New England Baptist Hospital (Harvad Medical School) di Boston, AS: dan Colorado Joint Replacement, Denver, AS.

Prof Nico tertarik pada bidang ortopedi ada ceritanya. Dulunya, ia adalah pembalap Formula 3.000 di Eropa dan mengalami kecelakaan di Jerman. Ia menjalani masa pemulihan cukup lama di ICU.

"Saya pikir pada saat itu, apakah saya keluar dan menjadi cacat. Atau jika saya janji kepada ibu saya, kalau saya sembuh saya akan bikin sesuatu yang bikin banyak orang kembali berjalan," ungkapnya dalam video yang ditayangkan secara virtual.

Alasan kedua, sambungnya, almarhum ayah Prof Nico selalu berkata bahwa pekerjaan yang paling mulia adalah bidang kedokteran karena dengan ilmu yang dimilikinya ia bisa bisa membantu banyak orang yang sedang kesusahan dan kesakitan.

Nico adalah dokter bedah di Indonesia yang memperkenalkan Limb salvage surgery ( prosedur atau tindakan operasi untuk mengatasi kanker tulang). Hal itu menjadi sebuah tonggak sejarah penting karena bisa memberikan harapan hidup lebih baik pada pasien kanker tulang. Demikian juga dengan sejumlah operasi berbasis navigasi komputer.

Nico terus menjembatani dokter-dokter muda Indonesia untuk terus berkiprah di level international. Berbagai penghargaan telah diraihnya, salah satunya penghargaan MURI atas rekor insan Indonesia yang menjabat presiden di tiga organisasi ortopedi dunia.

"Yang saya hormati keluarga besar almarhum Bapak BJ Habibie. Saya sungguh merasa terharu telah diberi kehormatan untuk menerima penghargaan ini. Saya rasa masih lebih banyak orang yang lebih layak dan pantas untuk menerima penghargaan ini. Dengan segala kerendahan hati kami panjatkan syukur dan terima kasih kepada Allah SWT saya bisa dianugerahkan penghargaan Habibie Prize 2021 ini. Semoga ke depannya saya bisa memberikan yang terbaik untuk bangsa dan negara Indonesia," ujar Nicolaas.

Dirinya berpesan agar generasi muda Indonesia menjadi generasi yang berani mencoba melakukan terobosan, berkompetisi, dan berani keluar dari zona nyamannya. Ini merupakan cita-cita yang harus wujudkan dengan kerja keras dan menjunjung tinggi etika yang baik.

3. Bidang Ilmu Rekayasa
Ilmuwan ketiga penerima Habibie Prize 2021 ialah Prof dr Subagjo atas kepakarannya di bidang ilmu rekayasa. Subagjo merupakan pencetus, perancang, pemimpin peneliti dalam bidang ilmu katalis.Penelitiannya juga membuka peluang untuk meningkatkan kesejahteraan petani sawit swadaya Indonesia yang mencapai 37 juta kepala keluarga ini.

"Sejak 2008 kami mengonversi minyak sawit menjadi diesel," ujarnya.

Dengan ilmu yang ia miliki bertekad bisa digunakan untuk mengurangi impor minyak mentah dan bahan bakar minyak serta menciptakan ketahanan energi. Asalkan diberi kesempatan untuk itu.

Prof Subagjo bertekad untuk membawa Indonesia satu langkah lebih mandiri dalam bidang teknologi proses dengan merencanakan perusahaan patungan untuk mengelola industri katalis ini, perusahaan itu direncanakan beroperasi secara komersial pada 2024.

"Saya mendengar bahwa Pertamina akan bekerja sama dengan Korea Selatan untuk mengembangkan proses yang mirip yaitu mengubah minyak sawit menjadi diesel maka saya minta sebaiknya tidak usah bekerja sama dengan Korea Selatan tetapi bekerja sama saja dengan laboratorium kami, laboratorium teknik reaksi kimia dan katalis.

4. Bidang Ilmu Kebudayaan
Penerima keempat Habibie Prize 2021 di bidang ilmu kebudayaan jatuh pada Dr Nyoman Nuarta karena telah membuat Mahakarya Patung Garuda Wisnu Kencana (GWK) yang prosesnya memakan waktu hingga 28 tahun.

Awal tahun 2021 Nyoman Nuarta memenangkan sayembara konsep desain Istana Negara Ibu Kota Negara baru yang memiliki konsep Istana Negara burung Garuda yang merupakan sinergi antara seni, sains, dan teknologi.

"Saya merasa tidak ada lain kecuali hadiah bakat mematung, jadi kalau ini saya abaikan dan tidak sungguh-sungguh mengembangkan bakat itu bisa-bisa ketemu neraka itu," ucapnya.

Masing-masing pemenang berhak mendapatkan penghargaan berupa medali. sertifikat, dan uang senilai US$25.000 (Rp356 juta). Pada penganugerahan Habibie Prize 2021, tidak ada penghargaan yang diberikan di bidang ilmu ekonomi sosial politik dan hukum. (H-2)

BERITA TERKAIT