PERAN seni ketoprak sebagai warisan budaya tak benda (intangible cultural heritage) memiliki kontribusi dalam pendidikan karakter generasi muda. Apalagi, seni tradisional ketoprak yang berkembang di tengah arus moderninasi itu sangat dekat dan menyatu dengan kehidupan masyarakat.
Hal itu disampaikan Bupati Klaten Sri Mulyani yang diwakili Kepala Disparbudpora Sri Nugroho, Kamis (4/11) malam, pada diskusi kelompok terbatas (FGD) peran seni ketoprak dalam meningkatkan kualitas pendidikan karakter pelajar dan pembangunan masyarakat berkelanjutan menuju Klaten Kota Ketoprak.
Diprakarsai Omah Wayang PKBM Dewi Fortuna Klaten bekerja sama International Research for Intangible Cultural Heritage In The Asia Pasific Region (IRCI) UNESCO, FGD yang dipandu oleh Kristian Apriyanta diikuti para tokoh budayawan, akademisi, seniman ketoprak, pers, pengusaha, dan organisasi perangkat daerah (OPD) terkait.
Baca Juga: Perkuat Ekosistem Kreatif Daerah, Kemenparekraf Gelar Workshop di Mataram
Menurut Sri Mulyani, pentas ketoprak dengan cerita atau lakon yang ditampilkan menggambarkan kehidupan sehari-hari masyarakat Jawa. Sehingga, seni ketoprak dapat dijadikan sebagai sarana pendidikan karakter dan budi pekerti, serta tuntunan hidup masyarakat.
Bupati menyambut positif kegiatan FGD tentang peran seni ketoprak yang diprakarsai Omah Wayang PKBM Dewi Fortuna Klaten. Ini upaya strategis untuk mendorong pelajar dan generasi muda mau belajar, mengenal, dan mencintai seni budaya daerah, khususnya ketoprak.
"Melalui peran seni ketoprak, kami berharap dapat menguatkan komitmen kita bersama dalam membentuk pendidikan karakter pelajar dan generasi muda. Untuk itu, seni ketoprak harus dilestarikan dan dikembangkan guna mewujudkan Klaten Kota Ketoprak," pungkasnya. (OL-13)