PERAN tenaga kesehatan di komunitas menjadi kunci dari penanganan pandemi covid-19 dari hulu. Namun, rupanya langkah nakes untuk meningkatkan kesadaran masyarakat masih menemui berbagai tantangan.
Ketua Dewan Pengurus Komisariat (DPK) Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) Puskesmas Kecamatan Koja Gebyar Ayu Ratih Kartika menceritakan, masyarakat di lapangan jelas memiliki karakteristik yang beraneka-ragam. Banyak masyarakat yang patuh, namun di sisi lain tidak sedikit juga masyarakat yang tidak patuh.
Baca juga: Presiden Optimistis 70% Vaksinasi Tercapai di Akhir Tahun
"Banyak dari mereka yang merasa dicovidkan. Bahkan ada yang sampai WhatsApp petugas kesehatan diblock karena kita sering memberikan pengarahan, ada juga yang sampai melapor ke polisi," kata Gebyar dalam Focus Group Discussion Media Indonesia bertajuk Tenaga Kesehatan di Komunitas dalam Melawan Covid-19 yang diselenggarakan secara virtual, Selasa (9/7).
Gebyar mengungkapkan, di tengah tantangan yang ada, perawat yang bekerja di komunitas tidak patah semangat untuk melakukan upaya promotif dan preventif. Salah satu yang gencar dilakukan yaitu melakukan kolaborasi dengan pihak RT/RW untuk memantau perkembangan kasus covid-19 di tingkat tapak.
"Kita melakukan koordinasi dengan kader dan RT/RW untuk melakukan kegiatan surveillance. Karena gak bisa kita tiba-tiba melakukan swab untuk masyarakat. Karena lagi-lagi, selain ada masyarakat yang patuh, banyak juga diantara mereka yang tidak patuh," ucap dia.
Kolaborasi tersebut, diharapakan Gebyar dilakukan berbagai elemen masyarakat, agar penanganan covid-19 di tingkat hulu tidak hanya diampu oleh tenaga kesehatan.
"Perlu kerja sama semua elemen, terutama dipetakan peran-perannya agar tidak semua ke nakes. Karena semua memiliki peran yang sama dalam penanggulangan pandemi," tutup dia.
Pada kesempatan tersebut, Ketua Departemen dan Ketua Prodi Spesialis Keperawatan Komunitas Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia Henny Permatasari menungkapkan, perawat komunitas memang memegang peranan penting dalam penanganan pandemi di akar rumput. Namun, tantangan yang ada saat ini ialah sebanyak 80% tenaga kesehatan yang bertugas di pelayanan kesehatan primer baru mengemban pendidikan maksimal sampai tingkat vokasi. Sementara 10% lainnya merupakan sarjana, dan baru 1% yang merupakan spesialis keperawatan.
"Kalau kita lihat, di masa pandemi ini masalah yang ada di keluarga mungkin masalah sederhana. Tapi kemudian ada hal-hal yang membuat mereka menjadi kompleks seperti keluarga yang memiliki komorbid, atau sampai ada yang kehilangan pekerjaan. Masalah ini tidak bisa diselesaikan pada level vokasi dan nurse saja. Harus ada spesialis yang berkompetensi untuk menyelesaikan," beber dia.
Henny menilai, peningkatan kapasitas tenaga kesehatan di level primer menjadi penting. Ia menyatakan, saat ini beberapa pihak melontarkan usul agar Puskesmas dikelola dengan baik, dengan menerapkan prosedur triase kesehatan. Hal tersebut dilakukan agar pelayanan di puskesmas tetap berjalan dengan maksimal meskipun di masa pandemi.
"Sistem triase ini mereka tidak boleh menolak pasien. Karena menurut data yang ada, selama masa pandemi ini 83,6% kunjungan masyrakat ke Puskesmas turun. dan 43% puskesmas tidak melakukan kegiatan posyandu. Padahal puskesmas memiliki peran penting dalam melakukan kegiatan promotif, preventif, posyandu, dan posbindu," beber dia.
Untuk itu, ia mengungkapkan, upaya penguatan peran tenaga kesehatan di puskesmas sangat dibutuhkan. Selain meingkatkan kapasitas, upaya-upaya lain yang dilakukan yakni dengan memerhatikan status nutrisi, menyediakan APD, dan memastikan tenaga kesehatan bekerja sesuai dengan protokol kesehatan yang berlaku.
"Karena 3 atau 5 tahun lagi kita masih akan berdampingan dengan covid-19 sehingga fasyankes primer harus diutamakan untuk memberikan pelayanan," ucap Henny.
"Upaya puskesmas yang selama ini terganggu atauh bahkan tidak diberikan itu kita harap diberikan. Agar mereka mampu menjaga kesehatan masyarakat, utamanya anak-anak," imbuh dia.
Pada kesempatan tersebut, Ketua Umum Perhimpunan Dokter Kedokteran Komunitas dan Kesehatan Masyarakat Indonesia Febri Endra Budi Setyawan mengungkapkan, dokter sebagai salah satu dari tenaga kesehatan juga memiliki peran yang krusial di tingkat komunitas.
Dalam hal ini, Febri menegaskan bahwa peran dokter di tingkat komuitas bukan hanya memberikan pelayanan dari sisi penyembuhan, melainkan dari semua aspek psikologis hingga sosial.
"Kita memberikan pemahaman pada seluruh masyarakat. Pelayanan kesehatan bukan hanya memberikan obat, tapi ada secara psikis untuk meningkatkan ketahanan dari masyarakat kita," ucap dia.
Yang terpenting, ia memberikan catatan, agar tenaga kesehatan yang memberikan pelayanan untuk tetap menjaga kesehatannya agar dapat terus hadir untuk masyrakat.
"Kita harus menjaga diri. Penggunaan APD menjadi hal yang krusial saat kita memberikan pelayanan. Selain itu kita juga harus menjadi contoh bagaimana menghadapi pandemi ini dengan baik kepada masayrakat," pungkas dia. (OL-6)