05 August 2021, 06:10 WIB

Lelah yang Menjadi Lillah


Nike Amalia Sari |

SYAMSURI Firdaus, yang akrab disapa Firdaus, memercayai bahwa Alquran memberikan banyak berkah dalam hidup.

Segala urusan duniawi akan dipermudah oleh Sang Mahakuasa jika apa yang dilakukan itu ikhlas dan melibatkan-Nya (lillah). Inilah yang dirasakan oleh Firdaus. Dianugerahi suara yang merdu dalam melantunkan ayat-ayat suci Alquran membawanya memboyong berbagai prestasi di kancah global.

Tahun 2019, dia berhasil mendapatkan juara pertama di kompetisi Musabaqah Tilawatil Quran (MTQ) internasional di Turki. Tak hanya sampai di situ, dalam memantapkan niat untuk terus berdakwah, baru-baru ini Firdaus ini merilis buku perdananya, lho. Yuk, kita simak obrolan dengan mahasiswa kelahiran Bima ini via telepon, Selasa (27/7).

 

 

Sejak kapan kamu menekuni bidang tilawah ini?

Saya pertama belajar tilawah pada usia 7 tahun di kelas 2 SD. Saya belajar pada awalnya dengan mengenal huruf-huruf hijaiyah dan dapat membedakan beberapa huruf di Iqro’. Setelah belajar makhraj hurufnya itu, saya beralih ke lagu-lagu di Alquran agar lebih variatif dalam mempelajarinya.

Kemudian saya ikut MTQ mulai kelas 4 SD dan alhamdulillah saya mendapat juara 1 di tingkat desa dengan cabang murotal.

 

 

Mengapa kamu bisa tertarik mendalami bidang ini?

Saya melihat ini juga bakat dari kecil dan anugerah dari Allah mempunyai suara bagus dalam melantunkan ayat Alquran. Dulu, saat masih kecil, saya bermain sambil melantunkan ayat suci Alquran. Jadi. saya terbiasa dan timbul rasa tertarik untuk terus mendalami tilawah dan tertarik juga untuk mengikuti MTQ.

Tentu, ada dukungan besar dari orangtua. Mereka menginginkan sekali saya menjadi seorang qari. Akhirnya, orangtua mengantarkan saya pergi mengaji ke taman pendidikan Alquran (TPQ) di desa saya. Lingkungan tempat tinggal saya pun juga mendorong dan aktif dalam belajar tilawah. Banyak qari juga di kampung halaman saya sehingga hal ini juga tentunya menumbuhkan semangat dalam diri saya.

 

 

Apa kegiatan paling menantang yang kamu rasakan selama mendalami tilawah?

Selama belajar tentu ada kesulitan, seperti saya cukup sulit menangkap lagu-lagu, menyampaikan ilmu-ilmu tajwid secara sempurna sehingga perlu bimbingan guru selama beberapa hari atau beberapa minggu sehingga baru bisa.

Kendala dari luar juga ada seperti jarak dari rumah ke tempat ngaji yang cukup jauh. Saya pergi ngaji naik ojek atau meminjam sepeda tetangga. Jika tidak ada, ya terpaksa jalan kaki. Jaraknya sekitar 500 meter dari rumah.

 

 

Bagaimana dengan pengalaman paling berkesan?

Paling berkesan bagi saya ialah saat saya bisa mengikuti kompetisi di Turki tahun 2019. Kompetisi itu diikuti oleh 68 negara dan alhamdulillah saya terpilih menjadi juara 1 dan diberi langsung penghargaan oleh Presiden Erdogan.

 

 

Apa manfaat yang kamu petik dari bidang ini?

Banyak sekali berkah Alquran, mulai segi hal-hal yang bersifat duniawi yang saya rasakan sekarang. Dengan mengikuti MTQ ini, hidup kami dengan ekonomi yang terbatas sekarang alhamdulillah dipermudah oleh Allah dengan memberikan rezeki yang berlimpah. Selain itu, juga dimudahkan bertemu banyak orang dan dihormati.

Berkah lainnya seperti saya juga ditawari menjadi polisi dan kuliah mendapatkan beasiswa di Universitas Indonesia serta diberikan uang pembinaan. Setelah pulang dari Turki, saya diberi banyak penghargaan oleh pemerintah, diberikan umrah dan uang yang saya dapatkan pada saat itu saya naikkan haji orangtua. Alhamdulillah berkah.

 

 

Apakah bidang ini juga memengaruhi karaktermu?

Pengaruhnya sungguh luar biasa dalam hidup saya. Walaupun belum sepenuhnya mengubah saya, pelanpelan bisa berubah dari segi akhlak dan sikap kita bagaimana bisa menjaga Alquran dan bagaimana bisa rendah diri terhadap orang lain. Selain itu juga pola pikir, kita harus tahu bahwa semua yang kita miliki ini hanya titipan Allah sehingga tidak perlu merasa sombong akan nikmat Allah.

 

 

Tahun 2019, kamu diundang ke istana negara untuk melantunkan ayat suci Alquran? Bagaimana kamu bisa diundang dan diundang oleh siapa?

Saat saya mendapatkan penghargaan dan langsung d i s e rahkan oleh Presiden Erdogan, itu saya juga ditampilkan di beberapa televisi nasional dan salah satunya ternyata ditonton oleh Presiden Jokowi sehingga pagi harinya saya langsung ditelepon oleh staf istana untuk diundang di Istana Negara dalam rangka penyambutan dari Presiden dan akan diserahkan beberapa penghargaan sebagai bentuk apresiasi prestasi.

Selang beberapa minggu, juga ada acara Maulid Nabi di Istana Negara, saya juga diundang.

 

 

Bagaimana perasaan kamu ketika mendapat undangan tersebut?

Alhamdulillah luar biasa. Undangan seperti ini jarang, ya. Biasanya lebih banyak ke prestasi-prestasi yang lainnya seperti atlet-atlet. Namun, Alhamdulillah diundang ke Istana Negara.

Saya mewakili qari di seluruh Indonesia, berharap lomba-lomba seperti ini diekspos lebih luas lagi. Tidak hanya lomba-lomba atlet dan lomba-lomba yang lain, tetapi lomba di bidang ini juga dapat mengharumkan nama Indonesia di dunia. Diharapkan lebih diperhatikan lagi untuk bidang ini karena ini tentunya bisa memberikan dampak positif untuk generasi-generasi muda.

 

 

Menurut kamu, seperti apa ketertarikan di kalangan remaja pada bidang ini?

Menurut saya, agak sedikit berkurang karena zaman sekarang generasi muda lebih banyak mengikuti gaya Barat dan tidak lagi memperhatikan Alquran serta lebih asyik bermain. Semoga dengan saya dan qari-qari yang lain bisa menginspirasi dan mengajak anak-anak muda untuk bisa lebih dekat dengan Alquran.

 

 

Mungkin juga karena banyak orangtua merasa khawatir kalau anak-anaknya masuk ke pengajian dengan ajaran yang ekstrem?

Tentu yang orangtua lakukan itu harus meneliti terlebih dahulu anakanak mereka sebelum dimasukkan ke tempat-tempat pengajian. Orangtua bisa terus memantau di mana anak-anak mempelajari Islam. Kesabaran orangtua di sini juga berperan penting.

 

 

Kabarnya kamu juga sudah merilis buku ya. Tentang apa?

Teman saya mengajak saya untuk menulis buku. Teman saya tersebut mengatakan bahwa saya harus menulis sebuah buku tentang diri sendiri agar banyak orang termotivasi. Alhamdulillah sudah rilis bukunya dengan judul Setelah Ini, Kita Berjuang Lagi, Ya!”

Dalam buku ini ada kata-kata mutiara motivasi dari teman saya dan ada kisah saya dari mulai belajar Alquran hingga bisa meraih kesuksesan dalam MTQ serta tips-tips. Semoga ke depannya saya juga bisa menulis buku ilmu-ilmu dalam Islam lainnya sebagai ajang dakwah.

 

 

Apa target yang ingin kamu capai?

Saya ingin ikut kompetisi di golongan dewasa. Selain itu, saya ingin membuat sebuah rumah Alquran atau pondok belajar Alquran untuk anak-anak bisa belajar Alquran dan mendalami ilmu-ilmu yang ada di dalam Alquran sehingga ilmu saya ini bukan untuk saya nikmati sendiri, tetapi juga untuk dibagikan kepada orang lain. (M-2)

______________________________________________________________________________________________

BIODATA

 

SYAMSURI FIRDAUS

Tempat, tanggal lahir Bima, 11 April 1999

 

Riwayat Pendidikan

MAN 1 Bima 2014-2016

S-1 Sastra Arab, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia 2017 - sekarang

 

Riwayat Karier

1. Penulis buku, 2021 - sekarang

2. LDK tingkat fakultas di UI, 2018

3. Mengajar ngaji anak-anak pesantren di sekitar kampus, 2017

 

Daftar prestasi

1. Juara 1 MTQ Internasional yang ke-7 di Turki, 2019

2. Juara 2 MTQ Nasional Cabang Tilawah remaja di Medan, 2018

3. Juara 1 MTQ Nasional Antarmadrasah di Palembang, 2015

4. Juara 1 MTQ Internasional di Singapura Tingkat Anak-Anak, 2012

5. Juara 1 MTQ Nasional Tilawah di Maluku, 2012

6. Juara 1 Tilawah Anak Tingkat Provinsi NTB, 2012

 

BERITA TERKAIT