02 March 2021, 17:15 WIB

Epidemiolog Prediksi Strain Baru di Indonesia Sejak Awal 2021


Suryani Wandari |

Wakil Menteri Kesehatan (Wamenkes) Dante Saksono Harbuwono melaporkan varian baru virus covid-19 yang pertama kali diidentifikasi di Inggris, telah ditemukan di Tanah Air.

Menanggapi hal itu, epidemiolog Universitas Griffith Australia Dicky Budiman tidak terkejut lantaran ia bahkan telah menduganya sejak awal 2021.

"Sangat penting untuk Indonesia bersiap dengan munculnya strain UK atau South Africa, di samping perlu dicegah potensi strain baru made in Indonesia dengan cara kendalikan pandemi covid-19 melalui TLI dan 5M, juga PSBB efektif," kata Dicky dalam unggahan Twitter-nya yang nampak me-Retweet dari unggahan di 9 Januari silam.

Di unggahan lainnya, ia pun mengungkapkan pada 2021 ini, Indonesia akan menghadapi periode munculnya banyak strain baru SAR-CoV2. Semakin telat suatu negara atauu wilayah merespons dengan 3T dan 5M yang optimal, maka semakin besar perburukan pandeminya.

Baca juga: Pengendalian Covid-19 Dasar Memperkuat Sistem Kesehatan Nasional

Ditanyai mengenai priduksinya ini, Dicky mengatakan hal ini telah diduganya lama karena adanya riset dan pengalaman menghadapi pandemi, namun sayang pendapatnya itu malah diserang beberapa pihak saat itu.

"Saya sudah peringatkan beberapa hal mulai dari pandemi ini akan berlangsung lama bahkan 2021 belum tentu selesai, perlu adanya lockdown lokal, ada kemungkin strain baru juga. tapi semua itu diserang," ucap Dicky.

"Yang saya berikan pendapat ini bukan modal dengkul. ada pnegalaman disitu yang sebagian besar mungkin enggak inget, seperti pandemi sars, saya juga berjibaku," katanya, Selasa (2/3).

Lebih jauh ia menjelaskan, adanya strain baru itu diakibatkan dari pembatasan akses masuk di berbagai daerah yang dinilainya masih lemah, termasuk juga dengan penelusuran (tracing) dan pengujian (testing) yang dilakukan.

"Ini menunjukkan begitu rawannya Indonesia. Besar kemungkinan strain baru di Indonesia itu sudah ada, dari UK (Inggris) ataupun Afrika Selatan karena pintu masuk tidak ketat. Sifat dari karantina juga bukan mandatory. Monitoring juga sangat loose," lanjutnya,

Hal ini juga disebabkan adanya lockdown di Brisbane dan wilayah sekitarnya di negara bagian Queensland, Australia. Kebijakan selama tiga hari itu menyusul adanya kasus dengan dugaan strain baru SARS-CoV2 yang masuk ke wilayah tersebut.

Padahal, lanjut Dicky, Queensland menjadi salah satu wilayah yang paling bagus dalam pengendalian Covid-19 di Australia dibandingkan negara-negara lainnya. Hal itu juga ditunjukkan dengan tingkat reproduksi virus (R) di bawah angka 1 dan TPR (test positivity rate) di bawah 1 persen.

Terkait vaksin, ia menyarankan untuk melakukan riset lebnih jauh lagi mengenai seberapa efektif pengaruh vaksin pada varian baru ini. "Dampak protektif tentu masih ada, tapi perlu diketahui seberapa efektifnya. Ya mungkin bisa bertahan untuk strain baru Inggris, tapi pada strain Afrika pasti ada penurunan," kata Dicky.

Ia melanjutkan, yang harus dilakukan untuk mengantisipassi hadapi varian baru ini dengan serius melakukamn 3T n isolasi dan karatina. Juga disiplin 5M yakni dengan memakai masker kain 2 lapis, jaga jarak 2 meterm, cuci tangan , batasi mobilitas dan interaksi, jauhi keramaian juga saling mendkung untuk vaksinasi mandiri yang mana bisa saja dilakukan bukan hanya kepada karyawannya saja tetapi membantu pihak lansia dan kelompok komorbid. (H-3)

BERITA TERKAIT