18 August 2020, 12:29 WIB

Ini Makna Kemerdekaan untuk Anne Avantie


Thomas Harming Suwarta |

PERANCANG Busana Indonesia Anne Avantie memiliki makna tersendiri tentang kemerdekaan. Bagi perempuan kelahiran Semarang 22 Mei 1966 tersebut, makna kemerdekaan sesungguhnya ialah ketika seseorang berhasil merdeka dari segala persoalan masa lalu dan dengan semangat yang sama mampu mengatasi segala persoalan yang dihadapi saat ini.

Baca juga: Anne Avantie: Cinta Saya untuk Indonesia Putih Sekali

“Buat saya kemerdekaan yang sesungguhnya ialah ketika kita berhasil memerdekakan diri dari kisah kisah masa lalu, dan dengan kisah itu kita pun bisa mengatasi segala soal yang dihadapi saat ini. Saya meyakini bahwa Anne Avantie hari ini adalah Anne Avantie yang berupaya memerdekakan diri dari semua kisah masa lalunya, karena semua bagian masa lalu memengaruhi masa depan. Tanpa masa lalu kita tidak akan jadi seperti hari ini,” kata Anne saat berbincang bersama Jurnalis Senior Media Indonesia Sabam Sinaga, dalam program Journalist on Duty yang disiarkan melalui Instagram Live Media Indonesia, Senin (17/8).

Baca juga: Ozy Syahputra Ambil Hikmah Rayakan HUT RI di Tengah Pandemi

Karena itu jugalah, bagi Anne, masa lalu adalah pahlawan dalam hidup manusia sesungguhnya.

“Setiap krisis yang kita alami pada masa lalu tentu saja sangat berpengaruh pada siapa kita hari ini. Jika kita berhasil merdeka dari segala kisah masa lalu yang pahit maka kita sebetulnya telah mampu merdeka,” ungkap Anne.

Baca juga: Ciptakan Pemimpin dari Belajar Berbasis Riset di Tepi Danau Toba

Dalam perjalanan hidupnya, Anne berkisah tentang pendidikannya yang hanya tamat SMP dan saat itu dia bukan hanya dicibir tetapi juga mengalami tekanan dari banyak pihak.

“Mau jadi apa dengan ijazah SMP? Itu menjadi tekanan tersendiri dan saya yakin saat itu saya berjanji pada diri saya, saya katakan sama Ibu saya kalau saya besar dan sudah mampu berpikir sendiri, saya mau jadi orang terkenal dan saya senang karena cita-cita saya menjadi popular sudah tercapai dan saya bangga dengan itu,” ungkap pendiri Wisama Kasih Bunda yang menampung anak-anak berkebutuhan khusus tersebut.

Bukan hanya itu, Anne bercerita bagaiamana dia dan keluarganya menjadi korban kerusuhan pada Mei 1998. Saat itu, Anne yang adalah keluarga Tionghoa menyaksikan sendiri toko mereka di Solo dibakar massa.

Dia juga berkisah bagaimana ibunya behasil sembuh dari kanker, sesuatu yang dianggap Anne perisitwa luar biasa dalam hidupnya.

“Semua itu membentuk masa lalu saya. Ayah saya Muslim meninggal di usia 48 tahun dan ibu saya menjadi janda saat umur 38 tahun. Saya hanya tamat SMP dan persis semua perjalanan itu membentuk saya hari ini dan bersyukur untuk semua yang Tuhan kasih ke saya dengan semua masa lalu tersebut,” kata ibu tiga anak tersebut.

 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

A post shared by Media Indonesia (@mediaindonesia) on

Bagi Anne, peristiwa masa lalu dia yang buruk dan pahit tidak menyurutkan semangatnya untuk maju.

“Nah ini saya harus katakana bahwa semakin kita ditekan, secara tidak sengaja sebenarnya kita sedang menanamkan fondasi yang kuat bagi hidup kita. Apakah saya dendam dan marah ketika menjadi korban tentu saja tidak. Itu semua Tuhan izinkan untuk membentuk saya hari ini sehingga saya juga bisa berkisah tentang kemuliaan Tuhan. Harus saya katakana bahwa cinta saya pada Indonesia putih banget. Sangat putih,” ungkapnya.

Untuk masyarakat di tengah Covid-19 saat ini, Anne berpesan agar memiliki semangat untuk mengatasinya.

“Saya berjumpa seorang veteran dan dia bercerita bahwa dulu modal kita merdeka itu bukan senjata tetapi semangat. Maka di tengah kita menghadapi Covid-19 harapan saya tentu saja agar kita memiliki semangat untuk mengetasi ini, jangan semangat kita kendor yang justru membuat kita makin terpuruk, dan jadikan hidup kita minimal tidak merugikan orang lain,” tutup Anne. (OL-1)

BERITA TERKAIT