MENTERI Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif kecewa dengan sikap perusahaan minyak dan gas (migas) asal Belanda, Shell, terkait alih kelola proyek Kilang Gas Alam Cair (LNG) Abadi Blok Masela, di Maluku.
Sejak 2020, Shell telah mundur dan melepas hak partisipasinya di Blok Masela. Untuk menggantikan posisi tersebut, PT Pertamina (Persero) tengah bernegosiasi dengan Shell untuk mengakuisisi participating interest (PI) sebesar 35% di Blok Masela. Namun, negosiasi berjalan alot.
"Kemarin Pak Menteri menyampaikan kecewa lah. Progresnya itu lama," kata Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian ESDM Tutuka Ariadji di Kompleks Senayan, Selasa (23/5).
Baca juga: Menteri ESDM Akui Negosiasi Blok Masela Masih Alot dengan Shell
Shell dikabarkan memasang tawaran tinggi ke PT Pertamina untuk mengganti kekosongan di proyek LNG tersebut. Pertamina bakal mengucurkan dana sebesar US$6 miliar atau setara Rp89 triliun (kurs Rp14.872) untuk mengakuisisi PI 35% dan modal kerja Blok Masela. Perusahaan negara itu akan menggandeng perusahaan migas asal Malaysia, Petronas untuk mengambil PI 35%.
"Soal tawaran itu urusan bisnis ya. Saya enggak bisa menyatakan angka sepenuhnya, tapi pemerintah kecewa kok (progres negosiasi) terlalu lama," pungkasnya.
Baca juga: Menko Luhut: Petronas dan Pertamina akan Gantikan Shell di Blok Masela
Sebelumnya, Menteri ESDM Arifin Tarif meminta pengertian Shell untuk menyelesaikan proses negosiasi alih kelola Blok Masela dengan PT Pertamina.
Ia menyebut Shell mengajukan penawaran yang tinggi kepada Pertamina untuk mengganti kekosongan pengelolaan wilayah kerja minyak dan gas yang berada di Kabupaten Kepulauan Tanimbar, Maluku.
"Kalau yang satu minta kemahalan, gimana. Dia tidak mau fleksibel. Shell itu ya mestinya dia lebih mengerti karena sejarahnya Shell di Indonesia sudah berapa lama investasinya," tuturnya di Kantor Kementerian ESDM, Jumat (19/5). (Ins/Z-7)