09 May 2023, 14:19 WIB

Sejumlah Sentimen Warnai Pergerakan IHSG Pekan Ini


Fetry Wuryasti |

KEPUTUSAN The Fed untuk kembali menaikan suku bunga acuan sebesar 25 bps menjadi 5,25% menimbulkan sejumlah kekhawatiran. Apalagi, inflasi di Amerika masih cukup tinggi dan menutup peluang adanya pemangksaan suku bunga acuan pada 2023.

"Ini jelas menimbulkan kekhawatiran peluang terjadinya resesi di Amerika sehingga menurunkan permintaan akan komoditas. Makanya sektor energi pada minggu lalu mengalami pelemahan paling dalam," kata Equity Analyst PT Indo Premier Sekuritas (IPOT) Mino.

Untuk market minggu ini, Ia menjelaskan sejumlah sentimen domestik dan eksternal yang bakal memengaruhi pergerakan IHSG.

Baca juga:  The Fed Pengaruhi Kebijakan Banyak Bank Sentral, Termasuk Suku Bunga Bank Indonesia

"Dari sektor domestik ada kinerja keuangan kuartal I-2023, perkembangan harga komoditas dan cadangan devisa dan indeks keyakinan konsumen, sementara itu dari sektor eksternal ada nonfarm payroll April, perkembangan bank regional dan inflasi di tingkat konsumen dan produsen," kata Mino.

Dari domestik laporan keuangan emiten belum semua keluar dan beberapa baru akan rilis minggu ini. Mino berpendapat meski beberapa saham mengecewakan, secara umum laporan keuangannya cukup positif.

Baca juga: Bank Indonesia Pertahankan Suku Bunga Acuan 5,75%

Analis Mirae Asset Sekuritas Indonesia Roger MM mengatakan Bursa AS ditutup beragam pada perdagangan senin karena investor menilai proyeksi kebijakan moneter Federal Reserve setelah pertemuan pekan lalu dan menjelang data inflasi yang akan dirilis minggu ini.

Pelaku pasar optimis Fed akan menghentikan kenaikan suku Bunga mereka pada pertemuan bulan Juni. Dow ditutup turun 0,2%, sedangkan S&P dan Nasdaq naik masing-masing 0,1% dan 0,2%. Sementara itu penjualan ritel di Inggris Raya naik 5,2% pada April 2023 dan kenaikan ini lebih baik dibanding bulan Maret 4,9%.

Harga minyak WTI naik 2,1% menjadi USD72,84/barel di tengah meredanya kekhawatiran resesi menyusul data tenaga kerja yang kuat pada jumat lalu.

Analis makro Mirae Asset Sekuritas Indonesia Rully Arya Wisnubroto mengatakan kondisi ekonomi Indonesia cukup baik, dengan pertumbuhan yang konsisten lebih tinggi dari perkiraan, inflasi yang semakin stabil, disertai dengan keseimbangan fiskal dan keseimbangan eksternal yang sangat sehat.

"Namun, kami masih melihat risiko volatilitas jangka pendek masih tinggi karena sentimen global, yaitu rilis data ekonomi AS, terutama yang terkait dengan inflasi dan kondisi ketenagakerjaan, serta risiko gagalnya menaikkan plafon utang AS," kata Rully.

Mirae Asset Sekuritas Indonesia juga memperkirakan dalam menentukan arah suku bunga kebijakan, Bank Indonesia (BI) akan menunggu kejelasan lebih lanjut tentang arah suku bunga bank sentral AS Fed Fund Rate (FFR).

"Kami berpendapat The Fed akan mempertahankan suku bunga kebijakan tersebut pada level 5,25% sampai dengan akhir tahun ini. Kami berpandangan dalam jangka menengah dan panjang, dolar AS akan melemah terhadap mata uang utama lainnya termasuk Euro dan Pound Sterling, mengingat bank sentral Eropa (ECB) dan bank sentral Inggris (BoE) masih menaikkan suku bunga kebijakannya beberapa kali lagi," kata Rully. (Z-10

BERITA TERKAIT