21 March 2023, 18:05 WIB

Studi : Perusahaan di Indonesia Lebib Baik dalam Pertimbangan Beban Kerja Karyawan


Ghani Nurcahyadi |

STUDI Global Talent Trends (GTT Study) 2023 yang dirilis lembaga layanan SDM, Mercer, menunjukkan, para pengusaha di Indonesia (45%) diketahui memberlakukan karyawannya jauh lebih baik dibanding perusahaan lain di Asia (39%) terkait pertimbangan beban kerja dengan kesejahteraan bagi karyawannya.

Contohnya, memperkenalkan sistem hari-tanpa-rapat kepada para karyawan, jadi tidak setiap hari karyawan harus mengadakan rapat. Namun perusahaan di Indonesia tertinggal dari Asia dalam hal lain seperti menjadikan isu kesehatan mental bukanlah aib atau memalukan dan mendorong perawatan diri (36% vs 40%) serta menyediakan layanan kesehatan mental virtual saat diperlukan (14% vs 26%).

Studi GTT tahun lalu menemukan, 8 dari 10 karyawan berisiko mengalami burnout. Sehingga, tahun ini, 96% perusahaan di Indonesia (versus rata-rata 90% di Asia) mengambil langkah menciptakan lingkungan kerja yang mementingkan pribadi tiap individu. 

Baca juga : OJK Optimistis Asean akan Menjadi Episentrum Pertumbuhan Ekonomi

Salah satu strategi yang diterapkan adalah dengan membangun budaya kerja yang mengajak karyawannya untuk menjadi diri sendiri (62%), berinvestasi dalam berbagai pelatihan supaya dapat berkolaborasi secara efektif (51%), dan menata ulang pekerjaan serta proses kerja yang mempertimbangkan kesejahteraan karyawan (49%), dan masih banyak lagi.

Pada waktu yang sama, banyak perusahaan juga memprioritaskan transformasi kantornya pascapandemi Covid-19. Para pemimpin HR di Indonesia juga menghadapi keprihatinan tersendiri dalam menyeimbangkan rencana transformasi dengan pola pikir untuk bertahan hidup (57% vs 45% rata-rata Asia) dan mewujudkan transformasi dengan anggaran yang ada (37% vs 26% rata-rata Asia).

Baca juga : Meski Dibayangi Tantangan Global, IFG Optimistis Industri Asuransi Dalam Negeri Bisa Terus Bertumbuh

Director of Career Services Mercer Indonesia Isdar Andre Marwan mengatakan, perusahaan-perusahaan di Indonesia telah memberikan peluang bagi para karyawan untuk berkembang. Mereka berusaha menciptakan dan mengoptimalkan lingkungan kerja yang ideal.

"Hal ini perlu dilakukan secara terus menerus supaya dapat terbangun momentum kuat dalam menciptakan tenaga kerja yang aktif terlibat pada setiap kegiatan di perusahaan dan mereka menjadi terampil," katanya.

Isdar mengatakan, perusahaan dapat menerapkan lebih banyak strategi dan memberikan pengaturan kerja yang lebih fleksibel. Hal itu sejalan dengan ekspektasi karyawan, di mana 7 dari 10 karyawan di Asia berpendapat bahwa keuntungan dapat bekerja jarak jauh atau hybrid menjadi aspek penting bagi mereka saat menerima tawaran kerja (2022).

Namun, hanya 31% perusahaan di Indonesia yang mengatakan bahwa mereka menawarkan pilihan fleksibilitas kerja bagi para karyawannya. Angka ini lebih rendah dari rata-rata koresponden global (56%). Lebih jauh lagi, 43% di antaranya tidak berencana untuk memberikan penawaran tersebut ke depannya.

"Karyawan ingin bekerja dalam kemitraan, menawarkan fleksibilitas dalam bekerja dan imbalan yang berkelanjutan," ujar Isdar.

Meski demikian, para pemimpin HR dari 76 perusahaan responden di Indonesia mengatakan bahwa mereka berniat untuk merancang proses perekrutan, promosi dan manajemen talenta berdasarkan keahlian (62%), meningkatkan pengalaman karyawan sebagai modal kerja utama mereka (59%), memperbaiki program kerja terkait tenaga kerja (57%), dan mengatur ulang tanggung jawab karyawan demi memperdalam keahlian mereka (57%) di tahun ini.

Laporan GTT mengungkap cara organisasi dalam menata ulang pekerjaan dan tempat kerja mereka, khususnya dengan mengaitkan faktor sosiopolitik dan ekonomi saat ini. Hal ini juga termasuk mengidentifikasi tren terkait keterampilan para pekerjanya supaya institusi mereka dapat berkembang di masa yang akan datang. Temuan GTT tahun termasuk cakupan soal kebutuhan perusahaan-perusahaan di Indonesia dalam hal pengembangan institusi berbasis keterampilan.

BERITA TERKAIT