21 March 2023, 06:30 WIB

Fakta di Balik Rugi Bersih GOTO di 2022


Mediaindonesia.com |

 PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk telah merilis paparan kinerja indikatif untuk tahun 2022. Hasilnya, GOTO mencatatkan rugi bersih Rp40,4 triliun. 

Meski rugi, namun hal itu  tidak bisa ditelan begitu saja sebagai penurunan kinerja GOTO maupun sebagai bentuk inefisiensi. Pasalnya, kinerja GOTO tumbuh positif dan bahkan kerugian di adjusted EBITDA malah menurun. 

Pertumbuhan kinerja GOTO tercermin pada lonjakan gross transaction value (GTV), baik secara konsolidasi maupun di setiap lini usaha. Peningkatan GTV sebesar 33% menjadi Rp613 triliun menghasilkan kenaikan pendapatan bruto sebesar 35% menjadi Rp22,93 triliun. 

Mengapa pertumbuhan pendapatan malah menghasilkan kenaikan rugi bersih?  Berikut ini 4 fakta terkait dengan kinerja keuangan GOTO di 2022.

1. Kerugian akibat penurunan nilai goodwill
Dalam laporan keuangan GOTO disebutkan kerugian akibat penurunan nilai goodwill sebanyak Rp110,9 triliun. Beban ini tidak muncul dalam kinerja GOTO pada 2021 lalu dan baru muncul pada kinerja 2022.

Nilai goodwill yang dibukukan GOTO merupakan hasil dari bergabungnya Gojek dan Tokopedia pada 2021. Hasil dari penggabungan tersebut menghasilkan selisih angka yang mencerminkan nilai wajar dan nilai pasar perusahaan pada saat itu. 

Dua tahun lalu, industri teknologi tengah menikmati puncak kejayaannya. Valuasi perusahaan meningkat pesat sejalan dengan ekspektasi investor terhadap prospek bisnis masa depan. Kondisi ini berbalik arah ketika inflasi tinggi dan bank sentral menaikkan suku bunga acuan secara agresif. Di era tech winter, valuasi perusahaan teknologi ikut turun yang berdampak pada perubahan nilai goodwill

Sebagai perbandingan, penurunan nilai goodwill juga menimpa perusahaan teknologi lain yang melakukan akuisisi. Misalnya, SEA Limited, induk dari Shopee dan Garena, mencatatkan nilai goodwill sebesar US$540 juta pada 2021 dan turun menjadi US$230 juta pada 2023. Dengan demikian kerugian goodwill SEA pada 2022 sebesar US$354,9 juta.


2. Adjusted EBITDA tumbuh positif

GOTO mencatat adjusted EBITDA atau EBITDA yang disesuaikan sebesar minus Rp3,21 triliun pada kuartal IV-2022. Kerugian adjusted EBIDTA ini turun 5248% bila dibandingkan dengan kuartal IV-2021 yang tercatat minus Rp6,5 triiun.

Bila dirunut tiap kuartal, adjusted EBITDA GOTO terus membaik hingga mencapai minus Rp3,1 triliun pada akhir tahun 2022. 

Adjusted EBITDA dari GOTO menjadi sorotan dari investor dan analis pasar modal setelah manajemen menargetkan mencapai adjusted EBITDA positif pada Kuartal IV-2023.

Beberapa riset sekuritas meyakini bahwa GOTO bisa mencapai adjusted EBITDA positif sesuai dengan target dari manajemen.


3. Pendapatan tumbuh signifikan
GOTO mencatatkan nilai transaksi bruto atau gross transaction value sebesar Rp613 triliun pada 2022 atau tumbuh 33% secara yoy. Dari GTV tersebut, GOTO meraih pendapatan bruto sebesar Rp22,9 triliun atau tumbuh 35% secara yoy.

Setelah dikurangi beban promosi kepada pelanggan, pendapatan bersih GOTO mencapai Rp11,3 triliun, meningkat 1201% secara yoy.


4. Ekosistem GOTO
Dari situs resmi  GOTO terungkap bahwa startup terbesar di Indonesia telah memiliki 2,67 juta mitra pengemudi, 15,1 juta mitra pedagang, dan 64 juta pengguna bertransaksi tahunan. 

Ekosistem GOTO juga menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat yang tercermin dari 2,7 miliar pesanan sepanjang 2022 atau rata-rata 7,5 juta pesanan setiap harinya. Nilai transaksi bruto per harinya mencapai Rp1,6 triliun.

Dengan skala ekonomi tersebut,  tidak heran GOTO sangat berperan dalam menggerakan ekonomi riil saat ini. Mulai dari transportasi, kuliner, e-commerce, layanan logistik, hingga transaksi keuangan. (E-1)

BERITA TERKAIT