BADAN Pusat Statistik (BPS) menyampaikan, nilai impor Indonesia pada Februari 2023 mengalami penurunan 13,68% dibanding Januari 2023 (month to month/mtm) menjadi US$15,92 miliar. Penurunan impor tersebut melanjutkan tren yang terjadi di Februari dalam tiga tahun terakhir.
"Dalam tiga tahun terakhir, pertumbuhan impor bulan Februari memiliki pola yang sama, yaitu tren menurun secara bulanan," kata Deputi Bidang Statistik Produksi BPS, M Habibullah dalam konferensi pers, Rabu (15/3).
Penurunan nilai impor tersebut didorong oleh menurunnya kinerja impor migas dan non migas. Nilai impor migas tercatat turun 17,19% (mtm) dari US$18,44 miliar menjadi US$15,92 miliar. Sedangkan nilai impor non migas turun 13,03% (mtm) dari US$15,54 miliar menjadi US$13,51 miliar.
Baca juga : Presiden Sentil Kemenhan dan Polri karena Masih Pakai Sepatu dan Senjata Impor
Habibullah menyampaikan, komoditas utama yang dominan mendorong penurunan impor tersebut diantaranya ialah mesin dan perlengkapan elektrik serta bagiannya HS85 turun 15,22% (mtm), mesin peralatan mekanis serta bagiannya HS84 turun 7,27% (mtm) dan plastik dan barang dari plastik HS39 turun 15,21% (mtm).
Jeruk Mandarin, Apel dan Lembu
Penurunan nilai impor juga disebabkan oleh turunnya impor barang konsumsi, bahan baku/penolong, dan barang modal. BPS mencatat, penurunan impor barang konsumsi mencapai 14,54% (mtm) didorong oleh komoditas jeruk mandarin, apel, dan daging lembu.
Sementara impor bahan baku/penolong tercatat mengalami penurunan 15,09% (mtm). Itu disebabkan oleh turunnya impor komoditas minyak mentah, bahan bakar bensin tanpa timbal RON 99 dan biji gandum. Sedangkan impor barang modal tercatat turun 6,64% (mtm) lantaran turunnya impor komoditas generator set, base station, dan kendaraan bermotor.
Turunnya nilai impor secara bulanan itu melemahkan kinerja impor secara tahunan (year on year/yoy). Tercatat terjadi penurunan 4,32% (yoy) dari nilai impor Februari 2022 yang sebesar US$16,64 miliar.
"Jadi pertumbuhan impor Februari 2023 secara tahunan mengalami kontraksi setelah sempat menguat pada Januari 2023," pungkas Habibullah. (Z-4)