02 March 2023, 11:46 WIB

Meski Menghijau, Pergerakan Saham Dalam Negeri Masih Lesu


 Fetry Wuryasti |

PERGERAKAN pasar saham dalam negeri masih terpantau lesu tercermin dari return yang dicatatkan di sepanjang tahun ini terkontraksi sebesar -0,11%.

Sektor energi menjadi pemberat IHSG dengan membukukan return negatif mencapai -7,82% dan diikuti infrastruktur sebesar -2,78, properti dan real estate sebesar -1,70%, keuangan sebesar -0,97% dan konsumen non-primer sebesar -0,66%.

Sektor tersebut mengalami outlook yang menantang dengan harga komoditas yang mengalami normalisasi, isu likuiditas pada emiten karya BUMN serta kenaikan suku bunga meski sudah mencapai puncak pada tahun lalu.

Di sisi lain, enam sektor mampu outperformed terhadap IHSG dengan sektor transportasi & logistik memimpin penguatan sebesar 16,49% dan diikuti teknologi sebesar 4,34%, konsumen primer sebesar 3,57%, barang baku sebesar 2,23%, industri sebesar 2,08% dan kesehatan sebesar 0,01%.

Baca juga: IHSG Menguat saat Inflasi Bulanan Menurun

"Lesunya IHSG terlihat dari rata-rata nilai transaksi yang cenderung lebih rendah dan aksi sell-off asing seiring dengan reopening Tiongkok," kata Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas Indonesia Maximilianus Nico Demus, Kamis (2/3).

Terlebih, optimisme pemulihan ekonomi Tiongkok terlihat dari aktivitas manufaktur dan non-manufakturnya yang melanjutkan tren kenaikan.

Meskipun suku bunga BI dilihat juga sebagai pemicu aksi sell-off asing, namun saat ini sudah dipertahankan stabil meskipun masih ada peluang untuk kembali mengalami kenaikan.

Terpantau aksi sell-off asing sebesar Rp -1,01 triliun. Namun terlihat asing yang masih optimistis berinvestasi dalam negeri juga masih cukup besar dari sell-off, yaitu ada foreign netbuy sebesar Rp 2,51 triliun.

"Hal yang kami yakini yaitu pertumbuhan ekonomi dalam negeri yang cukup kuat dan diharapkan tahun ini meskipun diproyeksi lebih rendah, namun masih bisa tumbuh lebih baik. Hal tersebut juga yang kami lihat sebagai penopang pergerakan IHSG yang mampu mencatatkan return positif pada bulan Februari meskipunbtipis saja yang sebesar 0,06%," kata Nico.

Menariknya, indeks LQ45 membukukan return/ keuntungan yang lebih tinggi yakni sebesar 0,69%, lebih perform dibandingkan IHSG serta peers-nya seperti IDX30 yang sebesar -2,35% dan KOMPAS100 yang sebesar -0,34%. Hal ini menunjukan LQ45 cenderung lebih menarik dan lebih aman di tengah dinamika pasar yang masih kurang menarik.

"Kami memandang menutup kuartal I-2023, IHSG masih akan bergerak volatile sebagaimana indeks manufaktur dalam negeri turun tipis dan pergerakan inflasi yang bercampur," kata Nico.

Inflasi tahunan tercatat naik menjadi 5,47%, lebih tinggi dari ekspektasi pasar di tengah inflasi bulanan yang turun 0,16%. Hanya saja, inflasi inti melanjutkan tren penurunan sebesar 3,09% karena penurunan harga energi.

Momentum Ramadan juga dapat memberikan optimisme terhadap IHSG, ditopang oleh sektor konsumer dan ritel juga poultry (hasil peternakan).

"Namun, hal ini juga dapat meningkatkan inflasi bulanan dengan dorongan konsumsi yang kuat dan pada akhirnya BI dapat kembali mempertimbangkan kenaikan suku bunga untuk menurunkan inflasi ke target yang diharapkan," kata Nico. (Try/OL-09)

BERITA TERKAIT