19 January 2023, 22:58 WIB

Penaikan Suku Bunga Acuan Sukses Turunkan Inflasi Lebih Cepat


Fetry Wuryasti |

KEBIJAKAN suku bunga acuan selalu diarahkan untuk memastikan tingkat inflasi kembali kepada level sasaran pemerintah. Inflasi telah turun pascapenyesuaian harga BBM pada September 2022.

“Indikatornya ada pada proyeksi inflasi inti ke depan dalam merumuskan suku bunga dan tentu saja juga bagaimana pertumbuhan ekonomi ke depan," kata Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo dalam konferensi pers hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia, di Jakarta, Kamis (19/1).

Secara akumulasi Bank Indonesia telah menaikkan suku bunga sebanyak 225 basis poin sejak Agustus 2022. BI melihat, inflasi selama tahun 2022, pascapenaikan penyesuaian harga BBM, telah turun lebih cepat daripada yang diperkirakan.

Pada September 2022, inflasi diproyeksikan akan sekitar 6,5%. Namun realisasinya 5,51%. Sedangkan inflasi inti akhir 2022 diperkirakan 4,61%, tetapi realisasinya 3,36%.

"Penurunan inflasi yang cepat ini ialah hasil koordinasi yang erat, stabilisasi nilai tukar, dan gerakan nasional pengendalian inflasi," kata Perry. 

BI memperkirakan inflasi inti pada semester I 2023 akan lebih rendah dari 4%, bahkan tidak lebih tinggi dari 3,7%. Maka, dasar pertimbangan kenaikan suku bunga sebesar 25 bps ini ialah kenaikan secara terukur.

"Akumulatif kenaikan 225 bps sejak Agustus-Januari ini merupakan kenaikan yang memadai untuk memastikan inflasi inti akan tetap berada dalam kisaran 2%-4% di semester I 2023 dan inflasi IHK di bawah 4% pada semester II 2023. Memadai berarti tentu saja berdasarkan semua informasi-informasi yang kami kumpulkan sebagai dasar proyeksi ke depan baik global maupun domestik," kata Perry. Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 18-19 Januari 2023 memutuskan untuk menaikkan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 25 bps menjadi 5,75%, suku bunga Deposit Facility sebesar 25 bps menjadi 5,00%, dan suku bunga Lending Facility sebesar 25 bps menjadi 6,50%. (OL-14)

BERITA TERKAIT