INDONESIA berencana untuk memperluas kerja sama penyelesaian transaksi menggunakan nilai tukar mata uang lokal (local currency settlement/LCS) dengan India dan Korea Selatan. Soalnya, penggunaan LCS dalam perdagangan antarnegara semakin berkembang.
"Meski memang tidak besar, porsinya terhadap total transaksi perdagangan di masing-masing negara sebesar 3%-4%. Di Indonesia, total nilai LCS sekitar US$3,8 miliar di 2022. Kenaikannya memang tidak terlalu signifikan dibandingkan dengan 2021 yang sebesar US$2,5 miliar," ujar Deputi Gubernur Bank Indonesia Dody Budi Waluyo.
Ke depan, penguatan LCS dilakukan, tidak hanya kepada negara yang sudah bekerja sama, tetapi juga memperluas ke negara-negara lain. Ini menjadi salah satu penguatan untuk peningkatan stabilitas nilai tukar dan meningkatkan transaksi perdagangan.
"Bank Indonesia berencana mempeluas LCS dengan India dan Korea Selatan dalam waktu dekat," kata Dody dalam konferensi pers Hasil Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia, Kamis (19/1). Fungsi LCS juga akan diperluas, tidak hanya untuk perdagangan dan investasi, tetapi juga untuk transaksi di pasar keuangan, atau menjadi Local Currency Transaction (LCT).
"Jadi transaksi di LCT sudah dilakukan dengan Thailand. Ke depan akan diperluas dengan Malaysia,” kata Dody. Implementasi Quick Response Code Indonesian standard (QRIS) di Thailand sudah mulai dilakukan secara penuh pada September lalu, sehingga pelancong Indonesia yang berkunjung ke Thailand tidak perlu menukarkan uang fisik rupiah ke baht Thailand.
"Ini salah satu strategi mengurangi ketergantungan terhadap nilai tukar mata uang. Ini juga akan menjadi topik di pertemuan ASEAN 2023, bagaimana LCS akan terus dikembangkan di kawasan," kata Dody. (OL-14)