KONDISI dan kebijakan setiap bank dipastikan berbeda. Oleh karena itu, ketentuan dan langkah yang bakal ditempuh lembaga jasa keuangan tidak bisa dipukul rata.
Hal itu ditekankan Ketua Bidang Pengkajian dan Pengembangan Perhimpunan Bank Nasional (Perbanas) Aviliani. Menurutnya, kebijakan setiap bank terkait dengan tren peningkatan suku bunga acuan bank sentral dan dampak bawaannya terhadap kebijakan suku bunga yang bakal diambil.
"Mereka yang memang mengandalkan transaksi, seperti BCA dan Mandiri, bisa dapat dana murah. Mau tidak mau orang bertransaksi, dia mungkin bunganya bisa lebih murah. Tapi kalau bank itu dananya mahal, ya akan mahal. Jadi tidak bisa dipukul rata kepada industri perbankan," jelasnya, Senin (9/1).
Baca juga: BI Naikkan Suku Bunga Acuan, Wajah Bankir Bahagia
Aviliani juga menyebutkan, kebijakan suku bunga Bank Indonesia tak serta merta mengerek kenaikan suku bunga perbankan. Setidaknya perbankan membutuhkan waktu untuk melakukan penyesuaian agar tak berdampak negatif.
Bila pun nantinya suku bunga perbankan menyesuaikan kebijakan suku bunga acuan BI, lanjutnya, itu tidak akan mempengaruhi permintaan kredit. Dus kekhawatiran peningkatan suku bunga perbankan memberi tekanan terhadap aktivitas perekonomian bersifat minor.
"Memang ada time lag. BI sudah menaikan suku bunga berapa kali, tapi pertumbuhan kredit masih bagus. Jadi saya bukan lebih melihat kepada demand kreditnya, tapi lebih kepada demand sektor riil," tutur Aviliani.
Guna menjaga permintaan kredit dari sektor riil tetap tumbuh dan menjaga kinerja perbankan, pemerintah diminta untuk bisa merawat pemulihan dan pertumbuhan ekonomi yang sedang berlangsung.
Dengan begitu, kata Aviliani, kebijakan suku bunga yang akan diambil perbankan dapat tetap mengiringi perekonomian dalam negeri. Belum lagi tren peningkatan suku bunga acuan bank sentral juga diprediksi bakal berakhir pada pertengahan tahun ini.
Baca juga: Dorong Konsolidasi Bank Pembiayaan Rakyat Syariah, OJK Terbitkan Aturan
"Dari sisi debitur menurut saya masih akan melakukan peminjaman sesuai dengan kebutuhan mereka. Kenaikan suku bunga ini kan diprediksi itu sampai dengan Juni, setelah itu bunga akan turun lagi," katanya.
"Karena kalau kita lihat The Fed (Bank Sentral Amerika Serikat) juga pada akhirnya akan selesai menaikkan suku bunga. Jadi kemungkinan di pertengahan tahun ini bunga akan slow down lagi," tambah Aviliani.
Lebih lanjut, Aviliani juga menilai kondisi perbankan nasional pada tahun ini masih cukup prospektif meski ancaman global menyertai. Hal itu terlihat dari penyampaian Rencana Bisnis Bank (RBB) yang disampaikan para bankir kepada Otoritas Jasa Keuangan (OJK).(OL-11)