DIREKTUR Eksekutif Segara Institute Piter Abdullah memprediksi bahwa inflasi akan tetap tinggi di tahun 2023 ini. Menurutnya ada dua hal yang menjadi faktor kenaikan inflasi dan mesti diwaspadai oleh pemerintah yakni energi dan pangan.
"Pemerintah harus bisa menjaga harga BBM, listrik dan gas subsidi atau administered price dan menjaga ketersediaan pangan khususnya pangan impor seperti kedelai dan gandum untuk mengendalikan inflasi di tahun ini," ungkapnya kepada Media Indonesia, Selasa (3/1).
Baca juga: Peternak Bisa Untung 3 Kali dengan Konsep Tertutup dibanding Konvensional
Terkait dengan pangan, Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (FEB UI) Teguh Dartanto merasa bahwa Indonesia cukup tangguh jika berkaitan persoalan pangan. Hal yang justru perlu diperhatikan ialah pemerintah harus lebih berhati-hati dalam membaca data terutama terkait dengan data produksi beras.
"Sebaiknya merujuk satu data produksi, misalnya data BPS (Badan Pusat Statistik) dan data pergerakan harga beras. Naik turun harga beras merupakan indikasi ketidaksesuaian supply demand. Pemerintah harus menyediakan cadangan yang cukup agar tidak ada gejolak harga," kata Teguh.
Menurutnya, hal yang harus dilakukan oleh pemerintah di tahun 2023 ini berkaitan dengan pangan ialah membenahi data, monitoring harga dan menghubungkan sistem logistik antar sentra pangan.
Secara terpisah, Guru Besar IPB University Hermanto Siregar menegaskan bahwa harga pangan akan relatif tinggi di tahun 2023. Hal ini disebabkan oleh tantangan sektor pangan secara global yang dikatakan akan cukup serius.
"Efek perang Rusia-Ukraina serta gangguan rantai nilai pangan global masih akan berpengaruh terhadap ketersediaan dan harga pangan di berbagai negara-negara importir pangan. Oleh sebab itu, harga pangan masih akan relatif tinggi," ujar Hermanto.
Sebagai produsen pangan, menurutnya Indonesia seharusnya dapat memanfaatkan masalah tersebit dengan meningkatkan produksi berbagai tanaman pangan. Jika nantinya produksi tersebut surplus, maka dapat diekspor ke negara-negara yang membutuhkan dan diharapkan dapat meningkatkan pendapatan petani selain mendatangkan devisa bagi negara.
"Namun bila upaya peningkatan produksi tanaman pangan tersebut tidak berhasil dicapai, maka impor kita bisa jadi akan meningkat meskipun tergantung risiko cuaca. Hal ini dapat membuat pengendalian inflasi jadi semakin rumit," pungkasnya. (OL-6)