21 December 2022, 16:40 WIB

BEI Paparkan Peluang dan Tantangan Pasar Modal Indonesia Tahun Depan


Despian Nurhidayat |

KEPALA Divisi Riset Bursa Efek Indonesia (BEI) Verdi Ikhwan mengatakan bahwa pada 2023, pasar modal Indonesia akan mendapatkan tantangan sekaligus peluang. Dari sisi peluang, Indonesia akan diuntungkan dari segi domestik.

"Kita lihat ekonomi kita relatif kuat walaupun ada penurunan tapi masih tumbuh. Lalu performance ekspor dan impor serta manufaktur yang tumbuh. Tahun depan juga akan memasuki masa Pemilu. Indeks diperkirakan tidak kencang ya tapi relatif masih tumbuh. Begitu juga aktivitas transaksi dari sisi ekonomi juga akan ada impact karena spending yang besar dari kampanye dll selama periode pemilu," ungkapnya dalam acara Edukasi Wartawan terkait Market Outlook 2023, Rabu (21/12).

Baca juga: Presiden: Larangan Ekspor Bauksit Mentah akan Tingkatkan Pendapatan Negara

Sementara itu, tantangn yang akan dihadapi pasar modal Indonesia terletak dari segi eksternal, mulai dari covid-19 yang belum selesai, kemudian peningkatan perang di Ukraina dan Rusia yang mendorong krisis ekonomi global dan kenaikan harga komoditas yang akan mengganggu rantai pasok dan memaksa kenaikan suku bunga dan kekhawatiran demand yang naik. 

Meskipun demikian, Verdi menilai bahwa tantangan ini sebetulnya akan dapat dihadapi Indonesia jika melihat dari sisi ekonomi domestik yang akan terus bertumbuh.

Lebih lanjut, dia bercerita bahwa pada tahun 2022 ini, pasar modal Indonesia menduduki peringkat 5 dunia yang mengalami pertumbuhan positif. Dari sisi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), pada 13 September 2022 Indonesia berhasil mencatatkan level tertinggi sepanjang sejarah yakni berada di level 7.318.

"Itu merupakan angka tertinggi sepanjang sejarah pasar modal Indonesia," kata Verdi.

Seiring pertumbuhan IHSG, kapitalisasi pasar atau market capital Indonesia sudah mendekati Rp10 ribu triliun atau mencapai Rp9.560 triliun pada tanggal 13 September 2022 dan menjadi tertinggi sepanjang sejarah.

Selain itu, nilai transaksi pasar modal Indonesia telah mencapai angka 14,9 triliun per hari atau naik 11,3% dibandingkan transaksi di 2021. Kemudian frekuensi transaksi sudah di angka 1,3 juta kali transaksi, naik 2,2% dibanding tahun lalu. 

"Rata-rara volume transaksi harian saham mencapai 24 miliar lembar saham per hari atau naik 20% dibandingkan tahun lalu yang mencapai 20 miliar lembar saham per hari," tuturnya.

Verdi menambahkan, sampai 16 Desember 2022, BEI sudah mencatatkan 59 emiten baru dan jumlah ini relatif paling tinggi sepanjang sejarah Indonesia yang sebelumnya terjadi pada tahun 2018 sebanyak 57 emiten baru. 

"Meskipun sudah ada 59 emiten baru tercatat, tapi kami mencatat masih ada 45 calon dengan sisa beberapa hari di tahun ini," ucap Verdi.

Dengan penambahan 59 emiten baru tersebut, total perusahaan tercatat yang melantai di bursa atau emiten di Indonesia sekarang mencapai 825 emiten.

Dari jumlah investor, Indonesia tercatat memiliki lebih dari 4 juta investor atau 1,62% dari total penduduk Indonesia. Angka ini sebetulnya realtif masih kecil jika dibandingkan kawasan lain. 

"Jadi ini sebetulnya merupakan potensi kita untuk bertumbuh lagi ke depannya.

Tahun depan kami menargetkan pertumbuhan investor bisa 30%-35%," ujar Verdi.

Jika dibandingkan negara ASEAN, pencapaian Indonesia menjadi salah satu terbaik dengan pertumbuhan emiten baru yang mencapai 44,5% dan menjadi tertinggi di kawasan ASEAN bahkan Singapura secara total berkurang dari 750 emiten dan saat ini tinggal 654 emiten.

"Dari sisi market capital, capaian sebesar Rp9.560 triliun atau US$600 miliar menjadi yang tertinggi di ASEAN. Di bawah kita ada Thailand US$553 miliar, Singapura US$405 miliar dan lainnya," pungkasnya. (OL-6)

BERITA TERKAIT