Outlook sektor konsumer cukup menantang di sepanjang tahun ini. Mobilitas masyarakat yang membaik menjadi pendorong utama yang meningkatkan kembali, sebab konsumsi masyarakat merupakan kontributor ekonomi.
Namun disrupsi dari sisi suplai membuat harga bahan baku meningkat dan membebani baik dari sisi emiten maupun masyarakat.
Bagi industri konsumer yang memang menggunakan komoditas sebagai bahan baku, tentu cukup terdampak. Belum lagi, pelemahan nilai tukar rupiah juga ikut membebani dari sisi non-operational.
Tantangan pelemahan daya beli masyarakat imbas cost push inflation akan ikut mempengaruhi outlook industri yang sudah tercermin dari kinerja retail sales dalam negeri yang trennya secara bulanan belum sesuai harapan.
Sehingga, yang bisa dilakukan yaitu menurunkan kuantitas dari satu produk, meningkatkan harga penjualan ataupun melakukan efisiensi.
Sementara, outlook sektor konsumer di tahun 2023 diperkirakan akan cenderung positif. Momentum Nataru akan menjadi momentum awal dalam menggerakan sektor konsumer yang biasanya konsumsi lebih meningkat.
"Namun kami lihat akan lebih terbatas menimbang kondisi kenaikan harga yang dinilai mempengaruhi keputusan konsumen di lapisan tertentu," kata Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus, Selasa (13/12).
Di samping itu, jelang tahun politik di mana akan mendorong konsumsi, adanya kenaikan UMP dan beberapa bahan baku yang trennya meningkat terlihat sudah mulai melandai seperti gandum karena jalur ekspor yang dibuka Rusia.
Namun, tantangan akan selalu ada karena perang makin memanas dengan potensi penggunaan senjata nuklir taktis. Sehingga ketidakpastian masih tinggi dan volatilitas nilai tukar juga masih tinggi.
Pada saat yang bersamaan, Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia memperkirakan bahwa sektor consumer non-primer akan lebih bergairah tahun depan. Kalau diperhatikan, emiten ritel mulai ekspansif dengan penambahan gerai. Memang pemulihan ekonomi dalam negeri dilihat sebagai momentum.
Di samping itu, era suku bunga rendah pun kami lihat dimanfaatkan banyak emiten untuk ekspansif, termasuk emiten retail.
Berikutnya, dari sisi stimulus fiskal yang diberikan berupa pengurangan atau penundaan pajak akan mengurangi dari sisi beban.
Indeks keyakinan konsumen yang cenderung optimistis di mana masih berada di level 100 turut mempengaruhi pulihnya sektor ritel.
"Kami melihat daya beli masyarakat pada lapisan atas masih cukup baik dan akan menopang gerak sektor retail. Secara keseluruhan, baik konsumen primer dan non-primer diperkirakan masih akan berpeluang naik di tahun depan seiring dengan kondisi ekonomi yang dinilai masih akan tangguh menghadapi ancaman eksternal," kata Nico. (OL-12)